Sebutlah
namanya Nika, ia adalah seorang ibu dengan dua orang anak yang masih kecil dan
lucu-lucu. Pernah pada suatu ketika aku berjumpa dan menjadi dekat dengannya.
Ia banyak bercerita tentang pergulatan hidupnya. Betapa ia sangat berat
menghadapi hidupnya yang sulit. Setiap waktu ia menangis, setiap waktu hatinya
teriris luka yang tidak tersembuhkan. Bahkan ia pernah mendapati tubuhnya
perlahan menjadi kurus. Namun di tengah perjuangan hidupnya, ia menemukan
sesuatu yang meneguhkannya, yakni Sabda dalam Kitab Suci. Ia merenungkan Sabda
dalam Kitab Suci adalah Sabda yang hidup.
Demikian
Gereja mengajak kita untuk tidak henti-hentinya mengenal bahkan mencintai Kitab
Suci. Gereja mengadakan berbagai kegiatan untuk menumbuhkan cinta umat terhadap
Kitab Suci, mulai dari rekoleksi, pendalaman Kitab Suci, lomba-lomba yang
berkaitan dengan Kitab Suci dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu biasanya
diadakan pada bulan September, di mana bulan ini, Gereja mengkhususkannya
sebagai bulan Kitab Suci.
Gereja
mengajak kita semakin mencintai Kitab Suci, yakni dengan membaca Sabda,
merenungkan Sabda, dan menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Kitab Suci
sebagai sumber dan jalan hidup memberi arah yang jelas bagi hidup umat beriman
kristiani. Melalui Kitab Suci kita menemukan dan merenungkan Sabda yang hidup,
Sabda kebenaran yang datang dari Allah. Sebab besarlah daya Sabda Allah yang
mampu memberikan kekuatan iman, kebeningan hati bagi kita yang mau
menggelutinya. Apabila kita baca dalam konteks Sacrosanctum Concilium, Gereja merenungkan Sabda Allah sebagai Roh
Kehidupan dan jerih payah kehidupan. Sabda itu meresap dan menjiwai hidup umat
beriman yang bersungguh-sungguh mencecap dan merefleksikannya dalam hidup
sehari-hari.
Sabda Allah adalah Roh
Kehidupan
Sabda
merupakan bahasa komunikasi yang menghantarkan manusia pada pemahaman yang
benar akan Allah. Sabda adalah roh kehidupan. Ia memiliki daya yang
menghidupkan. Apabila manusia terbuka terhadap sabda, sabda itu akan berbicara
dalam hatinya. Kekuatan sabda mampu membongkar ranah beku manusia. Ia menyentuh
dan menggerakkan batin kita, sebab melalui sabda Allah hadir dan menyapa
manusia, “Ia hadir dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci
dibacakan dalam Gereja” (SC 7). Itu berarti Allah menggunakan bahasa manusia
agar manusia mampu menangkap serta membalas-Nya dengan iman. Sabda memiliki
daya ubah dan cipta bagi manusia yang percaya. Ingatkah peristiwa penciptaan?
Allah berfirman, “Jadilah terang. Lalu terang itu terjadi…dst“ (Kej 1). Oleh
karena itu Sabda bukanlah omong kosong, bualan, gosip-gosip, atau tulisan tanpa
makna. Dalam Sabda Allah sendiri yang hadir. Bukankah itu sudah cukup
menggambarkan betapa sabda memiliki daya istimewa dan kita tidak usah ragu
untuk mempercayai-Nya?
Sabda Allah Adalah
Jerih Payah Kehidupan
Tentu
tidak asing dengan kutipan ayat ini, “Datanglah pada-Ku kalian semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan bagimu”. Seperti oase di
padang gurun, Sang Sabda memberikan kelegaan. Ia menuntun hati yang bimbang,
memberikan terang bagi yang berputus harapan. Demikian manusia ditantang untuk
percaya kepada-Nya. Sabda sendiri adalah jerih payah kehidupan di mana terdapat
usaha manusia untuk senantiasa merenungkan dan menggalinya dalam hidup.
Sebenarnya jika kita mau sadari, Sabda selalu berbicara dalam hidup, tinggal
kita mau terbuka atau tidak terhadap sapaan-Nya, dan Apakah Sabda sudah menjadi
dasar hidup kita?
Hidup Menurut Sabda
Hidup
yang berdasar sabda berarti hidup yang mau terbuka terhadap sapaan Allah.
Keterbukaan hati inilah yang memberi ruang bagi Allah untuk bekerja dalam hidup
kita. Kita membiarkan dikuasai oleh Allah. Bagaimana kita merasakan semua itu?
Bertekun mengakrabi Kitab Suci adalah jawabnya. Kita renungkan, refleksikan
sabda serta menerapkannya dalam praktek kehidupan. Jika kita hidup selaras
dengan Sabda, berarti hidup kita mencerminkan Allah yang berkarya. Inilah
pentingnya merenungkan sabda. Bahwa melalui sabda-Nya, Allah menyapa kita
setiap saat dan mengarahkan kita selaras dengan kehendak-Nya. Kita tidak perlu
meragukannya.
Akhirnya,
marilah kita membiarkan diri dituntun dan dikuasai oleh-Nya. Jangan biarkan Ia
berlalu tanpa makna, sebab setiap peristiwa, dalam nama-Nya, menghadirkan
makna. Baca dan renungkanlah Kitab Suci Anda!!
No comments:
Post a Comment