Monday, August 12, 2013

Imam Adalah Pembawa Hidup Kristus

-Christo-foroi-

“Frater, sebentar lagi menjadi romo-kan. Pokoké dadi romo ki gampang, frater. Sing penting isa nyenengké umaté dan melayani dengan baik. Umaté wis seneng”. Demikian seorang ibu berpesan padaku dalam suatu perbincangan singkat saat itu.
“Bener frater. Umat juga membutuhkan imam yang membawa damai”, lanjut yang lainnya.
Aku mendengarkan pesan-pesan itu dengan seksama. Aku mengangguk dan mengiyakan apa yang mereka katakan.
Ada berderet-deret harapan umat terhadap para imamnya. Ada beribu-ribu doa dipersembahkan untuk kesetiaan para imamnya, dan ada sekian jiwa yang membutuhkan penggembalaan bijaksana dari para imamnya. Mereka begitu menaruh cinta dan kasihnya kepada para gembalanya. Saking cintanya mereka tidak pernah membiarkan imamnya berkekurangan. Mereka memberikan tempat yang nyaman, makanan berlimpah, fasilitas yang mendukung pastoral, doa dan perhatian yang tidak pernah mandeg, dan lain sebagainya. Sebaliknya, jika ada seorang imam yang kurang ngimami, atau mundur dari imamatnya, tidak jarang mereka menjadi kecewa.


Imam dipanggil untuk mencinta
Surat Cardinal Dario Castrillon Hoyos, Prefek Kongregasi untuk para klerus berkaitan dengan Hari Doa Sedunia bagi Pengudusan para Imam, 18 Juni 2004 yang berisi mengenai pokok-pokok refleksi mengenai imamat. Surat ini ditempatkan dalam konteks Ensiklik Ecclesia de Eucharistia Yohanes Paulus II mengenai “Ekaristi adalah sumber kekudusan untuk pelayanan imamat”.
Dalam surat itu, Kardinal membuka dengan ajakan untuk merenungkan rahmat pelayanan imamat para imam, yang dinyatakan melalui kepedulian pastoral terhadap seluruh umat beriman dan seluruh umat manusia dan secara khusus bagi kebutuhan umat Allah yang dipercayakan.
Ketika saya membaca surat itu, hati saya bergetar dan bergumam, “Sungguh mengagumkan”. Bagaimana hidup para imam sungguh mempunyai peran penting dalam kehidupan Gereja, apalagi bagi kehidupan iman para umat yang digembalakannya. Imam adalah garda depan. Imam adalah pemimpin rohani umat. Imam adalah teladan rohani bagi umat yang dilayaninya. Untuk memenuhi semua itu, hidup imam sendiri harus mengalir dari sumberNya, yakni Tritunggal Kudus, dan seluruh hidup pelayanannya menuju kepadaNya. Artinya berkat rahmat dan materai tak terhapuskan dari Roh Kudus dalam tahbisan, imam berada dalam relasi dengan Trinitas yang adalah sumber keberadaan dan karya imam. Imam adalah orang yang dipilih, ditahbiskan, dan diutus oleh Bapa, Putra dan Roh Kudus secara khas, untuk melaksanakan karyaNya sebagai Kepala dan Gembala umat (PDV 12). Inilah jati diri seorang imam. Jati diri yang senantiasa dihidupi sebagai kekuatan dan ispirasi dalam melayani umat.
dok.santoantonius.blogspot
Imam dipanggil untuk terus mencintai hidup imamatnya, serta karya pastoral yang digembalakan kepadanya. Demikian kehadiran imam di tengah umat memberi pengharapan dan peneguhan bagi iman umat. Imam mengantar dan membimbing umat dalam suatu perjumpaan personal dengan Tuhan. Imam ngopeni umatnya yang tersingkirkan, imam menghadirkan keselamatan Kristus bagi umatnya. Untuk itu, imam dipanggil untuk mencinta tidak hanya berdimensi personal tetapi menyangkut reksa pastoral yang dijalankannya, yakni keselamatan jiwa-jiwa.
Imam adalah bagian dari umat. Imam diambil dari umat, berjuang bersama umat, dan untuk umat. Ungkapan yang biasa kami gunakan, sebagai imam diosesan Keuskupan Purwokerto, “Imam praja kuwi laire sekang umat, gole berjuang karo umat, gedhene bareng umat”. Kesadaran akan eksistensi imamatnya yang bersumber pada Tritunggal Kudus mengundang seorang imam untuk mencintai panggilan secara personal sekaligus diundang untuk mencintai karya imamatnya dalam melayani umat yang dipercayakan kepadanya.

Imam Adalah Pembawa Hidup Kristus
Dasar pelayanan imam di tengah umat adalah kesadaran akan panggilannya mencintai Kristus. Cintanya kepada Kristus terwujud dalam pelayanannya di tengah umat. Oleh karena itu, imam adalah pembawa hidup Kristus. Kristus yang ia cintai dan ia hadirkan untuk orang lain. Rasanya cukup sederhana apa yang menjadi harapan umat bahwa, “kami membutuhkan imam yang membawa damai”.
Apabila kita tengok bagaimana kehidupan umat. Ada sekian persoalan yang dihadapi oleh umat, mulai dari persoalan pribadi, rumah tangga, perkawinan, pekerjaan bahkan kematian. Di tengah pergulatan mereka di dunia, mereka membutuhkan oase yang menyegarkan hidup rohani mereka. Terkadang mereka menjadi letih dengan hidup keduniawian mereka, terkadang mereka menjadi jenuh dengan persoalan dunia yang ada. Dan imam adalah tempat jujugan mereka dalam menimba kesegaran rohani. Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Imam adalah bagaikan air yang mengalir di tanah berbatu karang dan kering kerontang, yang membuatnya subur. Dengan kedatangan Kristus, sejarah dunia telah berhenti menjadi tanah kering, seperti nampak sebelum inkarnasi”.
Oleh karena itu, imam adalah pembawa hidup Kristus, bukan membawa dirinya sendiri. Imam yang dipanggil untuk mencinta, diutus pula untuk menghadirkan Kristus di tengah dunia yang kering dan tandus. Melalui semangat inilah, niscaya hidup imam sungguh mampu membawa damai bagi umat yang dilayaninya. Melalui kesetiaannya pada Kristus, semakin banyak orang mengalami keselamatan Allah, dan berkat Kristus yang hadir semakin banyak orang terselamatkan.
<

No comments:

Post a Comment