Thursday, August 8, 2013

Indahnya Harmoni



Setiap tujuh belasan, desa kami selalu meriah dengan lomba-lomba. Siapapun boleh mengikuti lomba itu. Ada lomba balap karung, makan kerupuk, sepakbola, panjat pinang dan lain sebagainya. Semua masyarakat kumpul jadi satu di lapangan ini. Tidak miskin, tidak kaya, tidak agama ini- tidak agama itu. Semua merayakan peristiwa yang sama. Semua merayakan kebersamaan sebagai satu bangsa.
Indahnya kebersamaan di dalam perbedaan. Damainya hati bila setiap insan mampu saling menghargai. Perbedaan bukan alasan untuk tidak adanya kebersamaan. Perbedaan bukan alasan menghindari adanya ikatan batin yang sama. Perbedaan justru memberi warna indah dalam kehidupan. Perbedaan yang ditempatkan secara  indah akan menciptakan harmoni.
Indonesia memiliki kekayaan pluralitas tinggi. Kita bisa menemukan aneka perbedaan dalam setiap suku, baik bahasa, budaya, tradisi, warna kulit hitam-putih maupun sawo matang, dan agama. Dalam keagamaan, kita mengenal beberapa agama besar yang berkembang pesat di Indonesia.
Agama-agama itu berkembang sesuai dengan dinamika rohani masyarakat Indonesia. Mereka berkembang dengan cara dan ajaran masing-masing tanpa maksud meminggirkan satu sama lain. Tidak heran apabila asas Bhinneka Tunggal Ika harus senantiasa kita jaga semangatnya. Agar harmoni, kesatuan di tengah pluralitas, tetap hidup.
Salah satu sikap penting dalam membangun harmoni serta kesatuan di tengah pluralitas adalah dengan membangun komunikasi yang terbuka serta semangat saling menghargai satu sama lain. Pertama, komunikasi berarti menciptakan suatu dialog dengan orang lain. Komunikasi dapat terjadi apabila ada pihak yang dengan rendah hati mengkomunikasikan dirinya serta ada pihak yang secara terbuka menerimanya.
Mengutip apa yang dikatakan Jűrgen Habermas, pencetus “teori tindakan komunikatif”, bahwa tindakan manusia yang paling dasariah adalah tindakan komunikatif di mana manusia mengungkapkan pendapatnya untuk mencapai kesalingpahaman bersama orang lain. Tindakan komunikatif dengan sendirinya telah ada dalam sikap, tindakan kita berbicara kepada orang lain. Maka, seseorang dapat dinilai dari keindahan-kesahihan bahasa yang digunakannya. Habermas melihat bahwa dalam komunikasi seseorang menyampaikan ide, gagasan melalui bahasa yang setidaknya mencakup kejelasan, kebenaran, kejujuran dan ketepatan. Habermas lahir 18 Juni 1929, di Dűsseldorf, Jerman di dalam lingkungan keluarga borjuis Protestan.
Komunikasi dapat berlangsung dengan baik apabila komunikator mampu menyampaikan idenya dengan jelas, benar, jujur, dan tepat. Jelas artinya dapat ditangkap dengan baik oleh lawan bicaranya. Benar artinya ide dan gagasan disampaikan dengan sungguh-sungguh. Jujur artinya mengungkapkan kebenaran yang senyatanya. Dan Tepat, jika ide dan gagasan dalam suatu komunikasi disampaikan dengan aturan-aturan yang benar.
Di tengah pluralitas rasanya penting untuk menciptakan komunikasi jelas, benar, jujur, dan tepat. Salah satu sikap mengembangkan komunikasi di tengah pluralitas adalah melestarikan budaya dialog antarumat beragama.
Pertama, dialog berarti menciptakan sikap yang dibangun dengan memberikan penghormatan terhadap pihak lain, pengakuan nilai-nilai yang ada pada pihak lain, mencari “kebenaran” melalui pengalaman perjumpaan dengan pihak lain yang memperkaya dan menyuburkan, serta bersedia bekerjasama dengan pihak lain. Kita bisa menemukan beberapa bentuk dialog yang bisa dikembangkan dalam masyarakat yang plural seperti dialog iman, dialog karya, dan dialog kehidupan.
Dialog iman mengundang kita untuk berbagi/sharing iman. Iman sebagai buah perjumpaan personal dengan Tuhan di mana buahnya dibagikan tanpa maksud mengajar, mengajak dan lain sebagainya. Dialog iman lebih pada tataran sharing iman yang meneguhkan antar pemeluk keyakinan yang berbeda. Dialog karya, membangun suatu kerjasama yang baik dalam masyarakat. Misalnya kerja bakti, membangun Masjid, Gereja, Wihara yang mengarah pada suatu penghargaan satu sama lain. Dialog kehidupan, membangun relasi terbuka dengan siapapun, menciptakan suasana kondusif dalam kebersamaan di tengah masyarakat plural, semangat sosial dan mau berbagi dengan siapapun.
Kedua, membangun sikap saling menghargai perbedaan. Harmoni di tengah perbedaan/pluralitas terjadi bila setiap pemeluk memiliki sikap saling menghargai secara tulus. Menghargai berarti menerima dan menghormati kekayaan, keunikan yang dimiliki oleh orang/kelompok lain. Mengapa perpecahan terjadi? Perpecahan terjadi karena kita tidak mengembangkan semangat (sikap) saling menghargai. Padahal perbedaan itu indah.
Dengan demikian tidak terlalu muluk bila ada secercah harapan akan “indahnya harmoni” di tengah perbedaan. Tuhan telah menciptakan suatu harmoni kehidupan. Kita tinggal menyelaraskan dan melestarikan harmoni itu agar sesuai dengan kehendak Tuhan yang sungguh nyata berkarya di dalam keanekaragaman ciptaan di dunia. 

No comments:

Post a Comment