Sunday, August 25, 2013

"Ia semakin besar, aku semakin kecil"


“Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu, ‘Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat” – Luk 13: 23-24 –

Setiap orang mempunyai mimpi, cita-cita atau harapan. Kita berusaha mewujudkan semua itu dengan berbagai usaha jerih lelah kita setiap hari agar keberhasilan-kesuksesan diraih dengan gemilang. Seorang ayah mempunyai mimpi, cita-cita agar ia bisa menjadi ayah yang bertanggungjawab, ayah yang mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan baik, ayah yang mengalami karir cemerlang. Seorang ibu memiliki mimpi, cita-cita menjadi seorang istri yang setia, bisa ngemong anak-anaknya dengan baik, mendidik mereka dengan hangat. Sebuah keluarga baru memiliki mimpi dan cita-cita membangun keluarga yang sejahtera dan bahagia dengan dua atau tiga anak. Mereka ingin memiliki tabungan yang banyak agar kebutuhan-kebutuhan mendesak dan mendadak tidak menyulitkan hidup di kemudian hari. Ini mimpi. Ini cita-cita atau lebih tepatnya harapan yang mengobarkan semangat dalam menjalani kehidupan.


 Akan tetapi, nasib baik “tidak selalu berpihak” kepada kita. Ada kalanya Tuhan menghadirkan pengalaman-pengalaman “dadakan” yang membuat kita “kelabakan” atau “glagepan”. Ada kalanya kita kerepotan menghadapi pengalaman-pengalaman hidup yang menyulitkan dan memberatkan. Inilah tantangan kita sebagai orang beriman yakni manakala mimpi, cita-cita dan harapan tidak bergayung sambut dengan realitas peristiwa yang kita alami. Godaan putus asa tiba-tiba mengikis semangat kita. Godaan egois tiba-tiba “menggelembung” dalam hati kita. Godaan menjadi tidak percaya atau memberontak kepada Tuhan adalah bukti kegetiran kita menghadapi realitas yang tidak pasti. Apakah kita akan larut dalam godaan itu? Semoga tidak!!!

Justru, inilah saatnya kita ditantang untuk melihat dan memandang setiap peristiwa kehidupan dalam kacamata iman. Tuhan mengundang kita untuk memaknai peristiwa sulit, “glagepan”, “kelabakan” yang kita alami dengan baik dan benar. Sebab Tuhan telah menaruh “mutiara” dibalik peristiwa hidup yang kita alami. Inilah saat yang tepat untuk merenungkan, “Jangan meremehkan didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan olehNya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak”.

Pengalaman sulit, berat, “glagepan dan kelabakan” mengajak kita untuk “learn” dan sekaligus “grow”. Apa yang bisa kita renungkan sebagai pegangan/pedoman rohani bagi kita?
Pertama, Mari kita temukan KEBENARAN di dalam diriNya. Pintu merupakan simbolisasi Yesus sebagai jalan masuk kita menunju keselamatan. Ketika kita ingin mengalami keselamatan, kita harus melewati pintu itu yakni YESUS. Temukanlah kebenaran itu di dalam Yesus.
Kedua, Mari kita temukan KEPASTIAN itu di dalam diriNya. Kepastian bahwa Tuhan tidak pernah mengabaikan janji yang ditawarkan kepada kita. Kepastian bahwa Tuhan selalu menyertai kita di setiap peristiwa hidup yang kita alami. Kepastian bahwa Tuhan telah menyiapkan kebahagiaan untuk kita.

Selain itu, Apa yang harus kita lakukan agar kita bisa memasuki pintu yang sempit itu? Sabda ini akan meneguhkan kita, “Biarlah aku menjadi semakin kecil, dan IA menjadi semakin besar”. Jika kita bisa menghidupi dan mengobarkan spiritualitas ini, kita akan memasuki pintu sempit itu dengan mudah.

-sgl sst ada batas, sgl sst utk Tuhan-



No comments:

Post a Comment