Sunday, August 4, 2013

Benih yang tersiram hujan


Benih itu bertunas, bertumbuh, dan berbuah



dok.antonrio.internet
Tiba-tiba hujan turun dengan lebat saat aku sedang berlomba dengan waktu yang sedikit tersisa di sore itu. Ku urungkan niatku untuk berteduh. Malah kupacu sepeda motor sedikit lebih kencang. Aku tidak peduli rasa sakit yang ditimbulkan dari titik-titik hujan yang mengguyur tubuhku. Yang jelas aku harus sampai di gereja, “Aku tidak boleh terlambat”.
Namun hujan yang terlalu lebat pelan-pelan mengendorkan gairah pembalapku. Genangan air dan jarak pandang yang pendek membuatku harus menurunkan kecepatan, “Sabaaaar!!”. Tidak lama kemudian, aku tiba di Gereja St. Agustinus Purbalingga. Misa telah mulai dengan dihadiri banyak umat. Gereja telah terisi penuh dan sebagian harus berada di bawah tenda yang disiapkan panitia.
“Tuhan, aku masuk atau tidak ya? Kalau aku masuk, bagaimana nanti orang-orang melihatku. Celana dan bajuku basah.” Untuk sesaat aku ragu mengambil keputusan ini. Tetapi sudah kepalang basah, kubulatkan tekad untuk duduk di deretan para tamu di bawah tenda depan gereja. Dari sinilah kusaksikan prosesi pentahbisan imam. Prosesi yang sangat mengagumkan. Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana terkesimanya aku melihat peristiwa tahbisan imam ini. Rasanya niat menjadi imam yang telah tumbuh di dalam hatiku kian menggebu di dalam hatiku.
Kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri prosesi pentahbisan imam ini. Decak kagum dan bahagia menyaksikannya. Kusaksikan setiap peristiwa tahbisan ini dengan detail. Setiap proses kuperhatikan dengan baik. Aku tidak ingin melewatkan satu detik pun untuk tidak melihatnya. Bahkan rasa dingin yang mulai terasa di badan tidak kuhiraukan.
Aku tidak menyerah meski harus kehujanan. Aku tidak putus asa meski harus terlambat. Aku tidak pulang meski bajuku basah. Semua kulakukan agar bisa menyaksikan upacara tahbisan imam. Entah dari mana gairah ini muncul di dalam hatiku. Gairah yang meletup-letup dan menggerakkanku melakukan “di luar kebiasaanku”.
Inilah yang kunamakan “benih yang tersiram hujan”. Benih yang bertunas lalu bertumbuh. Benih yang tidak kekeringan. Benih yang tersiram hujan adalah benih panggilan yang sudah ada di dalam hatiku. Benih panggilan yang kian merekah seperti benih yang tersiram hujan. Inilah yang menggerakkanku melampaui segala keterbatasanku.
Demikian Tuhan memanggilku dengan cara-cara yang luar biasa. Setiap hari kita dipanggil untuk masuk di dalam gandengan tanganNya. Setiap hari kita diundang untuk turut ambil bagian dalam karyaNya di dunia. Kita menjadi perpanjangan tanganNya mewartakan kabar gembira kepada semakin banyak orang. Semoga benih iman itu kian bertumbuh subur, khususnya benih panggilan sebagai pelayan-pelayan Tuhan: Imam, Bruder, Suster dan lain sebagainya. Kita yang telah ditangkap oleh Yesus, tidak akan bisa lari menghindar. Sebagaimana Paulus menggambarkan dirinya, “Aku telah ditangkap oleh Kristus”. Demikian aku berdoa dalam hati, “Semoga aku diijinkan meneruskan mimpiku menjadi pelayanMu sebagai seorang imam”.

No comments:

Post a Comment