Benih itu bertunas, bertumbuh,
dan berbuah
dok.antonrio.internet |
Tiba-tiba hujan turun dengan lebat
saat aku sedang berlomba dengan waktu yang sedikit tersisa di sore itu. Ku
urungkan niatku untuk berteduh. Malah kupacu sepeda motor sedikit lebih kencang.
Aku tidak peduli rasa sakit yang ditimbulkan dari titik-titik hujan yang
mengguyur tubuhku. Yang jelas aku harus sampai di gereja, “Aku tidak boleh
terlambat”.
Namun
hujan yang terlalu lebat pelan-pelan mengendorkan gairah pembalapku. Genangan
air dan jarak pandang yang pendek membuatku harus menurunkan kecepatan,
“Sabaaaar!!”. Tidak lama kemudian, aku tiba di Gereja St. Agustinus
Purbalingga. Misa telah mulai dengan dihadiri banyak umat. Gereja telah terisi
penuh dan sebagian harus berada di bawah tenda yang disiapkan panitia.
“Tuhan,
aku masuk atau tidak ya? Kalau aku masuk, bagaimana nanti orang-orang
melihatku. Celana dan bajuku basah.” Untuk sesaat aku ragu mengambil keputusan
ini. Tetapi sudah kepalang basah, kubulatkan tekad untuk duduk di deretan para
tamu di bawah tenda depan gereja. Dari sinilah kusaksikan prosesi pentahbisan
imam. Prosesi yang sangat mengagumkan. Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana
terkesimanya aku melihat peristiwa tahbisan imam ini. Rasanya niat menjadi imam
yang telah tumbuh di dalam hatiku kian menggebu di dalam hatiku.
Kusaksikan
dengan mata kepalaku sendiri prosesi pentahbisan imam ini. Decak kagum dan
bahagia menyaksikannya. Kusaksikan setiap peristiwa tahbisan ini dengan detail.
Setiap proses kuperhatikan dengan baik. Aku tidak ingin melewatkan satu detik
pun untuk tidak melihatnya. Bahkan rasa dingin yang mulai terasa di badan tidak
kuhiraukan.
Aku
tidak menyerah meski harus kehujanan. Aku tidak putus asa meski harus
terlambat. Aku tidak pulang meski bajuku basah. Semua kulakukan agar bisa
menyaksikan upacara tahbisan imam. Entah dari mana gairah ini muncul di dalam
hatiku. Gairah yang meletup-letup dan menggerakkanku melakukan “di luar
kebiasaanku”.
Inilah
yang kunamakan “benih yang tersiram hujan”. Benih yang bertunas lalu bertumbuh.
Benih yang tidak kekeringan. Benih yang tersiram hujan adalah benih panggilan
yang sudah ada di dalam hatiku. Benih panggilan yang kian merekah seperti benih
yang tersiram hujan. Inilah yang menggerakkanku melampaui segala
keterbatasanku.
Demikian
Tuhan memanggilku dengan cara-cara yang luar biasa. Setiap hari kita dipanggil
untuk masuk di dalam gandengan tanganNya. Setiap hari kita diundang untuk turut
ambil bagian dalam karyaNya di dunia. Kita menjadi perpanjangan tanganNya
mewartakan kabar gembira kepada semakin banyak orang. Semoga benih iman itu
kian bertumbuh subur, khususnya benih panggilan sebagai pelayan-pelayan Tuhan:
Imam, Bruder, Suster dan lain sebagainya. Kita yang telah ditangkap oleh Yesus,
tidak akan bisa lari menghindar. Sebagaimana Paulus menggambarkan dirinya, “Aku
telah ditangkap oleh Kristus”. Demikian aku berdoa dalam hati, “Semoga aku
diijinkan meneruskan mimpiku menjadi pelayanMu sebagai seorang imam”.
No comments:
Post a Comment