Gema takbir bersahut-sahutan. Para tetangga bersiap
menyambut hari yang fitri. Hari yang dinanti setelah sebulan lamanya berpuasa.
Tidak jauh berbeda dengan mereka, keluarga kami turut menunggu hari ini,
setidaknya aku. Saat-saat lebaran adalah waktu yang kurindukan. Saat
kakak-kakakku pulang dari Jogja, liburan. Suasana rumah menjadi ramai.
Dulu, saat nenek masih hidup, kami sekeluarga kerap
bersilaturahmi ke rumah nenek. Khususnya saat lebaran. Biasanya kami datang
bersama, orang tua, kakak, adik, dan aku sendiri. Rumah nenek tidak begitu
jauh. Untuk mencapainya, kami bisa jalan kaki dalam waktu 10 menit.
Aku selalu merindukan saat-saat seperti ini. Saat
kami berkumpul bersama sebagai satu keluarga besar. Saat kami berkumpul dalam
kehangatan yang lumrah di sebut keluarga. Saat berkumpul, kami bercanda tawa,
tanya kabar, pekerjaan, sharing dan lain sebagainya.
Lebaran menjadi saat bersilaturahmi, saat hati
bertemu hati, saat saling mengampuni agar diri menjadi suci. Inilah hakekatnya
manusia yang diciptakan Tuhan suci adanya. Semangat hidup suci dengan matiraga
dan kesediaan mengampuni menempatkan diri kita sebagai ciptaan yang berakhlak
mulia. Kita sadar betul eksistensi kita sebagai manusia yang memang diciptakan
secitra dengan diriNya.
Keterarahan hidup suci dengan matiraga dan semangat mengampuni terlihat jelas dalam
tradisi lebaran. Kami pun merasakan buah-buah rohani lebaran ini.
“Kupat dicampur santen, kawula lepat nyuwun pangapunten”.
Semoga kalimat indah ini bukan sekedar ucapan di bibir saja. Tetapi sungguh
mengungkapkan ketulusan dalam menyadari kerapuhan diri sebagai seorang pribadi
dan kesungguhan hati untuk mengampuni orang lain. Tuhan saja mengampuni
orang-orang yang tidak setia kepadaNya. Kita pun diundang untuk dengan tulus
mengampuni orang lain.
Inilah lebaran bagiku. Saat-saat paling indah yang
pernah kualami. Saat kebersamaan kami bersama nenek yang sungguh perhatian dan
sayang kepada kami. Entah mengapa saat menuliskan pengalaman ini, aku sangat
merindukan nenek. Aku ingin berjumpa dengan dirinya. Aku ingin dipeluknya atau
sekedar dibelikan jajan olehnya. Nenek, aku merindukanmu…
No comments:
Post a Comment