Monday, June 17, 2013

Jika Allah Sudah Tahu, Mengapa Masih Berdoa?

Doa mengubah dunia: Doa menyebabkan terjadinya hal-hal yang baik, sebab kehendak Allah terjadi sehingga berkat-berkatNya yang terbaik turun atas kita. Setiap orang beriman biasanya memiliki kebiasaan doa yang baik. Mereka bisa berjam-jam berdoa dengan berbagai intensi. Berdoa untuk mendapatkan pekerjaan, berdoa untuk mendapatkan jodoh, berdoa untuk kesehatan, dan lain sebagainya. Tidak sedikit doa kita dikabulkan olehNya. Allah memberi pekerjaan sesuai dengan apa yang kita harapkan, Allah memberi jodoh sesuai dengan impian, dan seterusnya. Apakah dengan demikian, kita telah memaksa Allah dengan doa-doa kita?

Teolog Norwegia, O. Hallesby dalam buku Prayer, "Inti doa adalah membuka pintu kehidupan kita bagi Kristus yang telah bangkit. Apa yang sebenarnya kita lakukan saat berdoa adalah memintaNya untuk masuk ke dalam keadaan manusiawi kita, lengkap dengan semua kebutuhan kita, lalu mengaliri kerohanian kita yang mat dengan kuasa kebangkitanNya (Mengapa Masih Berdoa, 2). Inilah yang dikatakan penulis Wahyu kepada kita, "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang...membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama Aku" (Why 3:20).

Jika Allah Sudah Tahu

Acapkali kita disibukkan dengan hal-hal teoritis maupun praktis mengenai bagaimana berdoa yang baik dan benar sehingga kita mengabaikan bagaimana tindakan kita sendiri. Tentu ini bukanlah arti sesungguhnya maksud dan tujuan kita berdoa. Kita sibuk dengan kulit lebih daripada hakekat doa itu sendiri. Tetapi kita bisa mempertanyakan lebih dalam mengenai relevansi doa bagi kita. Mengapa kita harus berdoa, jika memang Allah sudah mengetahui segala-galanya?

Douglas F. Kelly dan Caroline S. Kelly membantu kita melihat dan merenungkan pertanyaan tadi dengan melihat Siapakah Allah? Mereka meyakini bahwa pemahaman kita mengenai Allah akan mempengaruhi doa kita kepadaNya, "Semakin baik kita mengenal Allah, semakin pasti kita ingin berdoa kepadaNya". Hal ini dapat kita temukan melalui pengalaman semacam ini, "Saat kita berada dalam kesulitan, Allah memberikan pertolongan. Saat kita sakit, Allah memberikan kesembuhan". Pengalaman-pengalaman semacam ini memberi bingkai kedekatan kita dengan Allah, siapakah Allah bagi kita. Yesus sendiri memiliki kedekatan personal dengan Allah dengan menyebut Bapa. Yesus mengajar kita bahwa Allah adalah seorang pribadi bahkan seorang bapa. Identitas ini meneguhkan kita yang dekat kepadaNya. Allah Bapa adalah pribadi.
Meski Allah Bapa adalah pribadi, Dia tidak seperti kita. Allah tidak terbatas. Ketidakterbatasan Allah adalah  sesuati yang tidak kita pahami sepenuhnya atau kita lukiskan secara tepat. Bapa ada di sorga. Dalam gambaran kita, ini sudah memunculkan suatu persepsi jarak yang jauh, kita di dunia dan Bapa di sorga. Bahkan lebih dari itu, kita menyadari sebagai yang terbatas dan harus tunduk pada semua batasan, sementara Allah tidak.

Apakah ada penghubung antara kita "Yang terbatas" dengan Dia "Yang tak terbatas". Kita bisa menemukannya dalam Doa Bapa Kami. Allah adalah Bapa, yang adalah pribadi sekaligus yang tak terbatas. Dia bahkan mengkomunikasikan diriNya kepada manusia sehingga kita bisa mengenal diriNya. Inilah yang kita kenal dengan paham kasih Allah Tritunggal, yang mana Allah mengkomunikasikan diriNya melalui Putra, Yesus Kristus dalam Roh Kudus.

Maka, kesadaran kita sebagai pribadi yang terbatas menempatkan kita untuk senantiasa memohon kepadaNya, Allah yang tak terbatas. Kita memohon kepadaNya, karena kita sudah mengenal siapakah Dia bagi kita. Dia adalah pribadi yang kita kenal, pribadi yang tak terbatas.


Dibaca dari 
Douglas F. Kelly dan Caroline S. Kelly, Jika Allah sudah tahu, Mengapa masih berdoa?, 2003

No comments:

Post a Comment