Friday, June 14, 2013

Thomas Merton

Masa lalu yang kelabu

Sepeninggal ayahnya, Thomas Merton menjadi peminum dan tukang protes; hidupnya jauh dari baik. Ia tidak lagi merawat diri dan menghambur-hamburkan  uang dan senang berpetualang. Ia pun pernah menghamili sahabatnya, lalu meninggalkannya. Ia tak lagi peduli kepada orang lain yang ada di sekitarnya.
Penderitaan dan kesulitan hidup yang dialami mengantar Thomas pada keputusasaan. Kesendiriannya membuat ia kerap  meratapi betapa dunia kejam kepadanya. Ia melukiskan dirinya sebagai orang buangan dan orang asing terhadap setiap negeri di dunia. Ia menganggap dunia sebagai penjara, dan hidupnya tidak memiliki tujuan yang jelas. 

Titik balik hidupnya
Kehidupannya yang kelabu selama sekian waktu mempengaruhi hidupnya. Namun hal itu tidak menghentikan dirinya untuk terus mencari hidup yang lebih baik. Ada peristiwa-peristiwa sederhana yang menyentuh ingatannya, yang kemudian memunculkan pertobatan. Sketsa Kristus Byzantin yang dibuat oleh ayahnya memunculkan pengalaman rohani yang mengesankan dirinya. Thomas tertegun memandang mosaik-mosaik Byzantin itu. Kekagumannya meluap-luap dan ia merasakan "kehadiran" ayahnya melalui mosaik-mosaik itu.
Peristiwa lain terjadi saat ia berada di Kuba. Ia memperoleh pengalaman ekstasis. Ia mengalami peneguhan berkobar-kobar atas hidupnya. Keputusasaan yang selama ini menjadi bayang-bayang hidupnya berubah menjadi sebuah kepastian. Inilah pengalaman iman yang mengubah hidupnya. 

Hidupnya kini
Pencerahan yang dialami oleh Thomas menggerakkan dirinya untuk menanggapi panggilan Allah untuk menjadi katolik. Ia dibaptis di Gereja Corpus Christi. Lalu Ia tinggal di biara. Satu pertanyaan refleksinya, "Siapakah aku di hadapan Allah pada titik ini dalam hidupku?"Dalam permenungannya ia menyadari bahwa a harus menjadi orang yang membela kepentingan semua orang yang dipinggirkan.

No comments:

Post a Comment