MOON
(Cullen -
Twilight)
My name is moon, I'm the friend of the star
make it more shining in the night
when all of the people praise me as the beautiful and
great one
feel jealous of my name
actually i'm so bored of that praise
i'm only a thing that should obey my Lord
shining in the night although i have to be alone
You don't have to feel jealous of me
i can't do what you can do
so, it'll be better if you can be yourself that more
live than me
“Bertumbuh
adalah ciri mahluk hidup, berkembang adalah ciri manusia dan manusia bisa
berkembang ketika mau belajar kehidupan” –Anton Hang- . Rasanya benar apa yang
dikatakan oleh Anton Hang. Setiap waktu aku diajak untuk terus-menerus belajar
sesuatu dari setiap peristiwa kehidupan yang kualami. Ketika aku mau belajar
dari peristiwa, dari orang lain, aku akan berkembang dengan sendirinya. Tentu
menjadi pribadi yang semakin baik lagi.
Pembelajaran
hidup rasanya kian mendewasakanku sebagai seorang pribadi yang terus bertumbuh
dan berkembang. Salah satu pembelajaran hidup itu adalah bagaimana aku menerima
diri sebagai ciptaan Tuhan dan menerima orang lain, belajar darinya dengan
penuh syukur.
Belajar hidup dalam keluarga
Aku
merenungkan perjalanan rohani setiap pribadi selalu digondheli dengan berbagai macam tujuan, keinginan, mimpi dan lain
sebagainya. Mimpi-mimpi diri –idealisme diri- menggerakkan seseorang untuk
mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Entah bagaimana caranya,
“Aku harus bisa mewujudkannya!”. Aku ingat salah satu peristiwa dalam
keluargaku. Pada waktu itu bapak berhasrat menjadi kepala desa. Kami, putra-putrinya,
melihat positif keinginan tersebut. Akan tetapi, di sisi lain ada sesuatu hal
yang membuat kami merasa berat menerima keputusannya. Dalam hati kami berpikir,
“Lebih baik tidak usah mencalonkan diri. Resiko yang ditanggung terlalu besar.
...rasanya ini hanyalah mimpi yang akan menyisakan mimpi alias mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan”. Apa boleh buat,
bapak tetap melaksanakan keputusannya dengan kekeh. Apapun yang kami berikan (himbauan, nasihat, atau ajakan)
tak sedikitpun membuat hatinya luluh, lalu mundur. Bapak sibuk mondar-mandir
mengurusi proses pemilihan, lembur menerima tamu setiap hari, demikian ibu
harus bolak-balik memasak, menjamu para tamu yang datang hampir setiap hari. Di
sinilah riak-riak kecil mulai mewarnai keluarga kami terlebih saat hasil akhir
dari pertandingan itu berujung kekalahan. Yang tersisa hanyalah perasaan sedih,
masa depan yang akan terasa berat, tetapi sekaligus mencoba pasrah
menghadapinya....
Benturan
tidak hanya terjadi dalam keluarga. Aku merenungkan benturan-benturan itu bisa
terjadi kapanpun dan dimanapun. Dalam komunitas kecil maupun besar, komunitas
dan kesempatan formal maupun informal. Di setiap kesempatan aku diajak untuk
belajar menerima diri dan menerima orang lain dengan bijaksana.
Sebagai seorang imam muda
Ketika
ada kebekuan, neng-nengan, di dalam
persaudaraan dibutuhkan ice breaking.
Nah, untuk menjadi ice breaker itu
dia harus rela memulai, dipecah dulu untuk mencairkan suasana. Aku begitu
tersapa ketika hidup bersama dengan seorang frater yang mampu meluluhkan hati,
“tri piye kabare tri..”. demikian dia menyapaku dengan senyam-senyum sendiri.
Kendati aku meneng, ada konflik
dengannya. Sapaan yang meluluhkan dan mencairkan suasana, “Ada keterbukaan dan
kerendahan hati” –Siramilah yang kering, lenturkanlah yang tegang-. Di pastoran
(TOP), pengalaman berjumpa dengan figur imam yang memberi inspirasi bagaimana
membangun hidup kebersamaan dalam pastoran. “Tidak selalu ada kecocokan dalam
komunitas pastoran. Ada benturan –entah iri, entah kepentingan, atau apapun.
Namun dalam karya penggembalaan
parokial, mereka (para imam) selalu memberikan pencitraan yang baik bagi umat”.
Mutiara
peristiwa kebersamaan yang menggembirakan : kebersamaan dalam komunitas – rekan
imam, tertawa bersama, saling meneguhkan, dolan bareng. Itu peristiwa-peristiwa
yang menggembirakan bersama dengan rekan komunitas. Apa-apa dikomunikasikan
dengan baik.
Kebersamaan
yang ditantang : kepentingan diri sendiri, komunitas, Gereja. Bagaimana
menemukan prioritas, bagaimana mempertemukan berbagai perjumpaan pribadi.
Nilai-nilai
formatif : kesediaan mau belajar, memberikan diri apa adanya, terbuka, rendah
hati, menerima dan menghargai orang lain
dalam kebersamaan komunitas. Kalau aku merenung-renungkan soal managemen
konflik berarti bagaimana aku harus belajar menata diri terlebih dahulu
(intern) diperjumpakan dengan berbagai macam pribadi yang membawa identitas
dirinya masing-masing. Di dalam perjumpaan itu, aku merasa penting untuk
memiliki: Keterbukaan (Openess), Empati (Empathy), dukungan (Supportiveness),
Rasa positif (Positiveness), dan Kesamaan (Equality).
No comments:
Post a Comment