Friday, June 6, 2014

Hadir, Terlibat dan Berbagi dalam Kasih : Pesta Santo Petrus

Hampir setiap bulan Juni, dinamika umat di Paroki Pekalongan dipenuhi dengan banyak kegiatan, entah kegiatan yang berhubungan dengan liturgi-sakramental maupun kegiatan menjemaat (communio). aroki Pekalongan memiliki agenda yang padat di bulan Juni 2014 ini.

Santo Petrus terpanggil untuk menghayati hidup sebagai umat beriman secara mendalam. Wataknya yang polos, apa adanya, keras dan jujur serta tegas didukung dengan semangat pertobatan/metanoia. Pertobatan karena menerima kasih karuni Yesus menjadikannya tumbuh sebagai pribadi yang bertanggungjawab atas pewataan keselamatan Allah. Petrus hadir sebagai pribadi yang tegas, bersemangat sekaligus rendah hati, menyadari keterbatasan dan mau bekerja untuk Yesus. SEmangat pertobatan menjadi semangat mendasar dalam menghayati hidup sebagai murid-murid Tuhan.

Perjalanan memimpin Gereja Perdana menuju iman yang sama pada Yesus sebagai jalan dan kebenaran serta hidup merupakan perjalanan Gereja sepanjang masa. "Dimana ada Petrus di situ ada Krsitus. Di mana Petrus mewartakan Keselamatan dan bertindak atas dan dalam nama Yesus, keselamatan terjadi. Ubi Petrus Ibu Christus." Kesediaan untuk ikut serta dalam pewartaan, pelayanan dan perutusan menghadirkan Kristus bagi orang lain terutama yang miskin, terlantar dan menderit adalah semangat Petrus yang mengalami kebangkitan.

Santo Petrus memberi arahan pada umat beriman agar setiap umat beriman menjad batu-batu hidup, suatu bangunan rohani. Ada peran dan tugas masing-masing yang diemban dan menjadi suatu rangkaian kesatuan. Hidup umat beriman di atas ajaran rasuli menjadi pengikat dan bukan pemecah persatuan. Mengutamakan pelayanan dan kelangsungan hidup menggereja merupakan prioritas ari semangat pastoral Santo Petrus. Mau bekerja sama dan memelihara kesatuan hidup menggereja dalam Gereja Katolik Roma menjadi semangat pengembangan dari hidup Santo Petrus.

Petrus adalah pribadi yang berani mengikuti Yesus. Itu terlihat dari jawabannya kepada Yesus, "Aku mengasihi Engkau." Kesungguhan dan ketulusannya mengasihi Yesus membuat dia dipanggil lebih dalam untuk menyertai Dia, "Ikutlah Aku." Petrus mengikuti Yesus sampai pada kematiannya dengan tetap memuliakan Allah.

Tuesday, June 3, 2014

Terlibat dalam Jalan Sehat : Wujud Cinta pada Gerejaku

 
Jalan sehat Umat Paroki St. Petrus Pekalongan
Minggu, 1 Juni 2014, Pukul 06.00 WIB, Parkiran Gereja St. Petrus Pekalongan telah dijejali umat. Ini berbeda dari hari minggu biasanya. Minggu pagi ini seluruh umat Paroki diajak untuk mengikuti jalan sehat. Acara jalan sehat diadakan sebagai pembuka rangkaian kegiatan Pesta Pelindung Paroki Santo Petrus yang akan berpuncak pada hari Minggu, 29 Juni 2014, pukul 17.00 WIB.

Jalan sehat Umat Paroki St. Petrus Pekalongan

Jalan sehat yang diadakan oleh gereja menjadi sarana bantu membangun kebersamaan di tengah umat. Kebersamaan umat tidak hanya terjadi dalam liturgi (ekaristi, doa, pendalaman iman), tetapi terjadi pula dalam bidang-bidang manusiawi lainnya seperti jalan sehat. Kebersamaan umat sebagai gereja terus didengung-dengungkan selaras dengan tahun pastoral Keuskupan Purwokerto tahun 2014 tentang Pemberdayaan Paguyuban. Jalan sehat melibatkan seluruh umat dari usia anak-anak hingga manula. Keterlibatan mereka dalam jalan sehat adalah bukti cinta umat terhadap Gerejanya.

Jalan sehat Umat Paroki St. Petrus Pekalogan

Bersyukur bahwa kegiatan jalan sehat tahun 2014 ini diikuti oleh banyak umat  (jumlah peserta diatas 650 orang). Sedemikian besar cinta umat terhadap Gerejanya hingga mereka rela mengorbankan waktu untuk hadir, terlibat dan berbagi dalam kebersamaan jalan sehat ini. Wajah-wajah ceria, gelak tawa, serta komunikasi dari hati ke hati terjadi dalam kegiatan jalan sehat ini yang akhirnya melahirkan suasana hangat dan akrab satu sama lain. Umat yang hadir tidak hanya dari lingkungan kota (sekitar paroki Pekalongan) tetapi umat dari stasi-stasi pun turut terlibat di dalamnya, baik dari Stasi Karanganyar, Stasi Wiradesa, Stasi Sragi, Stasi Kedungwuni, dan Stasi Doro yang membutuhkan waktu lebih panjang. Salah seorang umat dari Karanganyar mengatakan, "Kami berangkat dari rumah pukul 05.30. Kami naik sepeda motor dengan agak ngebut, takut terlambat." Mereka berangkat mengikuti jalan sehat dengan penuh semangat. Ada pula seorang ibu yang telah lanjut usianya pun mengikuti jalan sehat, "Ibu sudah tua, tetapi ingin turut serta memeriahkan acara jalan sehat." Ada banyak peristiwa baik dalam kebersamaan jalan sehat ini. Umat rasanya semakin diguyubkan sebagai satu gereja.

Setelah semua peserta jalan sehat tiba di parkiran gereja (finish), umat langsung dijamu dengan sarapan pagi dan teh hangat. Sementara menikmati sarapan, panitia menyiapkan doorprize. Ada sekitar 200 an doorprize telah disiapkan untuk peserta. Mereka menanti undian dengan tenang sembari beristirahat menikmati udara pagi.

Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam jalan sehat ini. Inilah bukti cinta kita kepada Gereja.

Toleransi dan kerukunan hidup antarumat beragama itu indah

Silaturahmi FKUB

Silaturahmi tokoh agama di Aula Paroki St. Petrus Pekalongan. dok. R. Edy
Toleransi dan kerukunan hidup antarumat beragama merupakan salah satu perhatian besar semua pihak. Di tengah gejala berkembangnya intoleransi, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) mencoba mengadakan silaturahmi kepada seluruh tokoh agama agar keakraban, pengenalan dan kerukunan dapat tercipta di bumi Pekalongan. Pada hari Minggu, 18 Mei 2014, Aula Paroki Santo Petrus Pekalongan menjadi ruang pertemuan bagi para tokoh agama dari Kotamadya Pekalongan. Mereka tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang terdiri dari tokoh Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Mereka mengadakan safari kunjungan ke semua tokoh agama dalam rangka silaturahmi.

Perbedaan dalam keyakinan bukanlah alasa adanya pengkotak-kotakkan di dalam tata hidup ber-kemanusiaan. Justru perbedaan dapat digunakan sebagai sarana menciptakan keindahan hidup di dunia ini. Keberagamaan keyakinan yang terbangun atas dasar keterbukaan, penghormatan, dan penghargaan akan mamu menciptakan suatu tata hubungan antarpribadi yang damai dan harmonis.
Para tokoh agama dan Dewan Paroki St. Petrus Pekalongan. Dok. R. Edy

Para tokoh agama yang tergabung dalam FKUB disambut oleh para Romo Paroki Santo Petrus Pekalongan, Dewan Paroki, dan khususnya tim yang terkait dengan kerukunan antarumat beragama (Tim HAK). Dalam kesempatan itu, para tokoh agama diberi kesempatan untuk sharing tentang dinamika yang terjadi dalam agamanya. Melalui sharing setidaknya kita dapat mengenal bagaimana dinamika agama lain. "Tak kenal maka tak sayang," demikian ungkap salah seorang peserta. Silaturahmi menjadi sarana mengenal lebih dalam agar bisa menjadi sayang. Tidak sekedar berbagi dinamika masing-masing agama, mereka diajak pula memberi masukan kepada pengurus FKUB yang baru agar FKUB sebagai sarana membangun kerukunan antarumat beragama dapat menciptakan suatu kegitan bersama yang melibatkan berbagai agama.

FKUB menjadi ruang publik bagi setiap agama yang selalu merindukan suatu tata kehidupan yang rukun dan harmonis. Pluralisme agama akan menjadi kekuatan konstruktif bagi kehidupan bersama. Walaupun tidak dapat dihindari bahwa pluralisme agama dapat menjadi salah satu  pemicu konflik, karena selalu bersentuhan dan berjalan bersama sejarah hidup manusia dari waktu ke waktu. Tetapi, semakin orang memahami agamanya secara baik, memaknainya dengan bijak, maka agama-agama akan mampu menjadi "jalan" bagi setiap orang untuk menemukan kebersamaan di tengah perbedaan.


Keharmonisan dalam perayaan Peh Cun

Salah satu bentuk kegiatan kerukunan antarumat beragama dapat ditemukan dalam peristiwa Peh Cun beberapa waktu lalu. Gereja Katolik St. Petrus Pekalongan diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam perayaan Peh Cun dengan mengisi acara gamelan (Sabtu, 31 Mei 2014). Inilah bentuk keindahan di tengah perbedaan. Umat yang terlibat dalam gamelan mengisi dengan penuh semangat. Mereka menggunakan baju seragam yang indah. Mereka tampil dengan maksimal menghibur para penonton yang datang silih berganti.
Umat Katolik mengisi acara Peh Cun

Perayaan Peh Cun biasa dikenal dengan festival Perahu Naga jatuh pada tanggal 5 bulan 5 menurut perhitungan kalender lunar (imlek). Salah satu maksud perayaan Peh Cun adalah untuk mengenangkan semangat kesetiaan dan kepatriotan Qu Yuan (339 SM27SM). Dia adalah seorang menteri negara Chu di zaman negara-negara yang saling berperang. Ia adalah seorang pejabat yang setia. Kesetiaannya pada kebenaran membuat ia tidak disukai oleh keluarga raja yang berdampak pada pengusiran dirinya dari kota Chu. Ia yang merasa sedih dengan kecemasan masa depan negara Chu kemudian bunuh diri dengan melompat ke sungai Miluo. Peristiwa kematian Qu Yuan membuat rakyat menjadi sedih. Merea mencari-cari jenasahnya di sungai tempat Qu Yuan bunuh diri. Mereka melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai itu tidak mengganggu jenasahnya. Dalam perkembangan waktu, makanan itu dibungkus dengan daun-daunan yng kita kenal sebagai Bakcang. Selain itu, aktivitas para nelayan yang berusaha mencari jenasah Qu Yuan kini berkembang dengan festival perahu naga (disarikan dari www. mandarincentre.net).

Salah satu kesenian dalam acara Peh Cun
Apa yang dirayakan oleh umat beragama lain tidak menjadi alasan untuk tidak mendukungnya dengan baik. Inilah bentuk kebersamaan yang melahirkan harmoni. Perbedaan bukan alasan adanya perpecahan. Perbedaan adalah sarana membangun keindahan.

Friday, May 23, 2014

Pembukaan hari ketiga dengan Misa dipimpin mo Teguh. Dengan tubuh tambun dan gaya kocaknya, mo Teguh mengantar pd romo utk merenungkan ttg nilai2 yg ada dlm kebersamaan (bdk. Nilai uang 100 rb). Suasana misa terasa gayeng ditambah ceplosan pr romo yg menimpali kotbah mo Teguh.

Perjalanan kami di hari ketiga ialah berkunjung ke Agro Wisata Kusuma petik apel (dan jambu). Di agro wisata ini, kami diberi kesempatan memetik 2 buah jambu dan apel Manalagi. Aturannya begitu, tp ada2 saja polah pr romo sebab ada yg sudah makan buah selama di kebun. Ada yg berdalih, "Saya belum dapat jambu yg mateng dgn mulut yg sedang nggayemi"
Oleh pemandu kebun, kami berkeliling di sekitar kebun dan beristirahat di rumah makan agro utk menikmati jus apel dan roti bakar. Merasa tidak cukup dgn menu gratis, beberapa msih menambah pesanan dgn mie rebus (mreka mengatakan mie rebus rasa apel).

Jelajah kami di dunia apel telah usai. Kami melanjutkan kunjungan ke Museum Angkut. Tempat ini trgolong baru (belum ada setahun) terlihat pula dr kondisi fisik bangunan yg belum sepenuhnya usai. Jam 12.00, museum ini baru dibuka. Sambik menunggu loket dibuka, kami sempat berfoto bersama di depan mobil antik. Mo Agung Pralebda paling pertama mengamati mobil antik ini, disusul kemudian mo Dimas. Tak terelakkan para romo menggoda mo Dimas dan memberinya gelar manajer di Subah (manajere mo Agung).

Setelah loket dibuka, kami langsung menyerbu museum angkut bersama pengunjung lainnya. Kami berdecak kagum dgn keindahan kendaraan yg tertata di sana. Tidak hanya melihat kendaraan2 yg antik, kami diajak pula berpetualang menikmati tata dekorasi dan sajian pernak-pernik kota Jakarta tempoe doeloe serta kekayaan dari beberapa negara lainnya. Sesaat kami serasa menjelajah dunia....Di tempat ini waktu yg kami pakai utk berkeliling terasa belum cukup. Ada bnyak obyek yg belum kami nikmati sepenuhnya (recomended).

Selepas dari Museum Angkut, kami menuju Eco Green Park. Kami kmbali menikmati kekayaan satwa dan alam yg ditata dan dipelihara dgn apik. Kami berkeliling menikmati area eco green park dgn semangat kendati beberapa romo sudah merasa letih dan pegel2. Ada beberapa romo lain yg mencoba menikmati area eco green park dgn naik kendaraan (semacam scutter listrik) dan hasilnya lumayan....perjalanan tidak terasa melelahkan. Kami menghabiskan waktu di tempat ini sampai jam 17.00 (tutup jam 17.00).

Kami menutup wisata hari ini dgn makan di rumah makan "Jangkrik". Pak Maryono telah menyiapkan tempat di lt. 2. Mallam itu kami menikmati sajian makan mallam ala chinese food. Porsi yg super membuat beberapa romo kuwalahan menghabiskan nasi goreng Hongkong yg dipesannya. Tapi ada juga yg 'tanduk' sampai dua piring...(Berarti nasi goreng double super).

Seusai makan kami kembalii ke wisma utk rehat. Kami bersih2 diri, berdoa, lalu kembalii bermimpi....

Tuesday, May 13, 2014

Hari Ketiga, Menikmati Kebaikan Alam dan Kekayaan karya cipta


Pembukaan hari ketiga dengan Misa dipimpin mo Teguh. Dengan tubuh tambun dan gaya kocaknya, mo Teguh mengantar pd romo utk merenungkan ttg nilai2 yg ada dlm kebersamaan (bdk. Nilai uang 100 rb). Suasana misa terasa gayeng ditambah ceplosan pr romo yg menimpali kotbah mo Teguh.


Rehat setelah petik Apel di Kebun Apel

Perjalanan kami di hari ketiga ialah berkunjung ke Agro Wisata Kusuma petik apel (dan jambu). Di agro wisata ini, kami diberi kesempatan memetik 2 buah jambu dan apel Manalagi. Aturannya begitu, tp ada2 saja polah pr romo sebab ada yg sudah makan buah selama di kebun. Ada yg berdalih, "Saya belum dapat jambu yg mateng dgn mulut yg sedang nggayemi"
Oleh pemandu kebun, kami berkeliling di sekitar kebun dan beristirahat di rumah makan agro utk menikmati jus apel dan roti bakar. Merasa tidak cukup dgn menu gratis, beberapa msih menambah pesanan dgn mie rebus (mreka mengatakan mie rebus rasa apel).


Melanjutkan perjalanan menuju rute selanjutnya di kebun apel

Jelajah kami di dunia apel telah usai. Kami melanjutkan kunjungan ke Museum Angkut. Tempat ini trgolong baru (belum ada setahun) terlihat pula dr kondisi fisik bangunan yg belum sepenuhnya usai. Jam 12.00, museum ini baru dibuka. Sambik menunggu loket dibuka, kami sempat berfoto bersama di depan mobil antik. Mo Agung Pralebda paling pertama mengamati mobil antik ini, disusul kemudian mo Dimas. Tak terelakkan para romo menggoda mo Dimas dan memberinya gelar manajer di Subah (manajere mo Agung).
Museum Angkut



Setelah loket dibuka, kami langsung menyerbu museum angkut bersama pengunjung lainnya. Kami berdecak kagum dgn keindahan kendaraan yg tertata di sana. Tidak hanya melihat kendaraan2 yg antik, kami diajak pula berpetualang menikmati tata dekorasi dan sajian pernak-pernik kota Jakarta tempoe doeloe serta kekayaan dari beberapa negara lainnya. Sesaat kami serasa menjelajah dunia....Di tempat ini waktu yg kami pakai utk berkeliling terasa belum cukup. Ada bnyak obyek yg belum kami nikmati sepenuhnya (recomended).


Melukis @ museum angkut
Selepas dari Museum Angkut, kami menuju Eco Green Park. Kami kmbali menikmati kekayaan satwa dan alam yg ditata dan dipelihara dgn apik. Kami berkeliling menikmati area eco green park dgn semangat kendati beberapa romo sudah merasa letih dan pegel2. Ada beberapa romo lain yg mencoba menikmati area eco green park dgn naik kendaraan (semacam scutter listrik) dan hasilnya lumayan....perjalanan tidak terasa melelahkan. Kami menghabiskan waktu di tempat ini sampai jam 17.00 (tutup jam 17.00).



Kami menutup wisata hari ini dgn makan di rumah makan "Jangkrik". Pak Maryono telah menyiapkan tempat di lt. 2. Mallam itu kami menikmati sajian makan mallam ala chinese food. Porsi yg super membuat beberapa romo kuwalahan menghabiskan nasi goreng Hongkong yg dipesannya. Tapi ada juga yg 'tanduk' sampai dua piring...(Berarti nasi goreng double super).

Scutter @Ecogreenpark

Seusai makan kami kembalii ke wisma utk rehat. Kami bersih2 diri, berdoa, lalu kembalii bermimpi....







Hari Kedua, Kebersamaan dalam terikan dan romantisme lampion

Gereja Katedral Keuskupan Malang
Pukul 06.30 kami merayakan ekaristi di Kapel Wisma. Kami membawa persembahan doa utk kelancaran dan kenyamanan rekreasi di hari ini dan selanjutnya. Ekaristi pagii dipimpin oleh Mo Agung PSE dengan iringan gitar oleh Fr. Ontong, ekaristi berjalan khusyuk.

Pukul 08.00 lewat sedikit, kami brangkat ke obyek wisata Jatim Park 1. Kami dipandu Pak Bambang berkeliling Jatim Park. Sekitar 3 jam kami habiskan waktu di Jatim Park 1. Di sana kami menikmati banyak wahana permainan yg 'tentunya' menghibur dan mengingatkan kami saat kecil. Sebelum brangkat menuju jatim Park 1, bebrapa romo sudah heboh sendiri dgn perlengkapan yg harus dibawa..pakaian ganti..pakaian renang, dsb, "renang...renang..", tak ketinggalan mo Teguh 'gundono' ikut heboh dgn gaya khasnya. Para romo tampak menikmati wahana permainan yg tersedia; ada yg ikut mencoba wahan permainan(ex: roller coaster, rumah hantu), mensupport, dan menjepret. Aneka gaya 'asli' bermunculan di sana-sini. Smua brgaya di depan kamera dan buru2 mengganti foto profil BB masing2 (para romo tiba2 demam narsis dan selfie).

 
Jatim Park 1
Antara Jatim Park 1 dan 2 ada Sate Hotplet

Sebelum kami keluar dr area jatim park 1, beberapa romo mampir di pusat perbelanjaan yg menjajakan pakaian, souvenir, dan panganan khas Malang. Demam belanja pun mulai terasa..."Untuk sesaat naluri kewanitaan para romo muncul...seneng belanja haha (kaya ibu2). Setelah melihat, meraba, menawar, mencoba, dan membeli aneka barang yg tersedia, kami lanjutkan perjalanan menuju 'sate hotplet'.

Energi yg trkuras saat berkeliling di Jatim Park 1 terobati saat makan siang di Sate Hotplet. Para romo menikmati hidangan (sate kambing, sate ayam, gulai, tempe, dll) dgn lahap..(Mo Sheko nganti nambah...sate kambing jeroan dan diikuti pr romo lainnya).

Tak lama sesudahnya, kami melanjutkan prjalanan menuju Jatim Park 2. Di sana kami menikmati wahana semacam taman safari modern, permainan, dan museum satwa. Kami berkeliling mengitari semua area dgn semangat hingga waktu yg tersedia tak mencukupi. Dalam dinamika rekreasi ini, para romo tampak pergi bergerombol, ada yg satu angkatan, ada yg lintas generasi, ada yg emausan dll...guyup, hidup rukun, bersaudara...inilah kebersamaan....

 
Taman Lampion BNS

Kebersamaan dalam teriakan dan romantisme lampion

Senja telah mengajak kami meninggalkan jatim park 2 menuju BNS (Batu Night Spectaculer). Tempat ini tidak bnyak berbeda dgn wahana permainan sebelumnya. Namun keistimewaan BNS adl keindahan Taman Lampionnya. Kendati beberapa permainan telah dicoba di jatim park 1 dan 2, kami tidak jenuh mencicipi permainan dan tontonan yg ada. Dengan sendirinya beberapa romo menggerombol sesuai minat. Ada yg masuk rumah hantu (kecuali mo Vidi, tak melirik sama sekali), naik sepeda balon smbari menikmati kota Batu di waktu mallam dgn kehebohannya sendiri (mo Deddy paling heboh...). Mereka msih menambah satu permainan yg membuat pusing (Megamix). Mo Dimas terlihat pucat setelah melakukan permainan ini (permainan yg tak pernah dibayangkan sbelumnya). Gerombolan yg lain menikmati taman lampion yg menghadirkan suasana romantis. Para tukang jepret bergerilya mencari obyek kadang para romo sendiri yg jadi obyeknya (dgn pose-pose yg kadang monoton, hiper dan lucu...). Ada pula yg beradu ketangkasan dgn nyopir mobil balap ala BNS (mo Gunarto, mo suranto, mo budi, dll). Kami sangat yeppyyyyy....eh heppyyy....
Jatim Park 1


Mallam hampir larut. Sesuai kesepakatan, jam 19.00 kami melanjutkan pejlanan pulang ke wisma. kami makan mallam di wisma dilanjutkan dgn bersih2 diri, berdoa, lantas bermimpi







Kisah Persaudaraan Imami di Surabaya-Malang

Senin, 5 Mei 2014, Para romo praja bersibuk ria menyiapkan diri berlibur ke Surabaya dan Malang sampai dengan hari Jumat. Liburan tahun ini dibuat massal (se-unio KP) sbg sarana membangun persaudaraan dan kebersamaan pr imam projo Purwokerto.

Panitia (mo deddy, dkk) mengatur teknis keberangkatan per-dekenat. Rombongan pantura brangkat dr dua stasiun (Tegal, 23.30 dan Pekalongan, 00.30) naik kerreta Sembrani. Mereka tiba di stasiun Pasar Turi pukul 06.30. Utk sesaat kami menunggu bis, dikomandoi oleh Pak Maryono, menjemput kami. Pukul 07.00 bis penjemput datang lalu mengantar kami ke stasiun Gubeng utk menjemput rombongan dr Stasiun Kroya (dekenat tengah dan selatan). Pukul 08.15 mereka tiba di Stasiun Gubeng dgn naik kereta Turangga.

Kami berkeliling di Surabaya dan Malang diantar Pak Maryono dan kru. Kami sempat makan di RM. Mojokerto ala prasmanan. Setelah makan usai, kami melanjutkan perjalanan menuju Taman Safari.


Bis Macet di tikungan Prigen menuju Taman Safari
Bis Macet
Di luar kehendak kmi apabila dlm perjalanan ini bis yg kami tumpangi macet (mesin mati). Itu terjadi saat kami melakukan perjalanan menuju Taman Safari-Prigen di hari pertama. Jalan yg menanjak dgn tikungan yg tajam membuat sopir bis 'keder' lalu tidak siiap mengendalikan bisnya. Puji Tuhan, tidak terjadi apa-apa. Pasal satu (red. Mo Ngarlan) seketika menggema, "rekreasi, ora entuk nesu". Kami turun menuju seberang jalan menunggu bis jemputan dr taman safari. Sementara bis yg rusak mnunggu diservis.

Tidak lama kmudian, bis taman safari datang menjemput kami. Kami melanjutkan perjalnan mneuju taman safari yg tinggal sejengkal perjalanan. Setelah urusan tiket slesai, kami berkeliling di area taman safari. Para ahli jepret langsung menempatkan posisi mencari obyek foto yg trbaik. Rasa kesal udah terobati dgn melihat keindahan karya Allah di taman safari ini.

Rumah Pinguin Taman Safari


Wisma Unio Malang
Perjalanan kami di hari pertama hampir usai. Kami telah menghabiskan waktu sehari ini. Dari Taman Safari kami langsung menuju wisma unio check in. Kami akan menginap di wisma ini sampai hri Jumat pagii.

Petang hari kami tiba di wisma. Kami menata dan bersih2 diri lantas melanjutkan acara dgn misa yg dipimpin oleh Mo Mardi (Pukul 19.00). Sesudah misa kami lanjutkan dgn makan mallam dan acara pribadi...*.ada berdoa pribadi (brevir), ada yg ngobrol, ada yg jalan2, ada yg nonton....



Taman Safari



Monday, April 28, 2014

1000 BERAS MURAH : BERBAGI BERKAT PASKAH

Berkat Paskah. Dok. R. Edy


            Peristiwa kebangkitan Yesus dari alam kematian mau menunjukkan besar dan agungnya cinta Allah kepada manusia. Kebangkitan yang menghalau dan menghancurkan kegelapan dosa manusia. Kebangkitan yang membuka kebahagiaan bagi seluruh umat beriman yang percaya kepadaNya. Pengalaman Paskah mengobarkan seluruh hati umat beriman agar juga mengalami kebangkitan di dalam hidupnya. Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan kita.

Berkat Paskah. dok R. Edy
Kebangkitan Yesus mengobarkan kembali semangat hidup para murid. Harapan yang pupus kembali bertumbuh. Kegembiraan yang hilang kembali merekah dari wajah-wajah penuh harapan. Sukacita paskah ini pun ingin Gereja bagikan kepada semakin banyak orang secara khusus mereka yang non-katolik. Sukacita paskah diwujudkan melalui berbagi ‘Beras Murah’ kepada umat non-katolik pada hari Senin, 21 April 2014 di parkiran gereja. Gereja menyiapkan beras murah 5 kg dengan harga Rp. 20.000,- untuk 1000 orang non-katolik. Beras murah tidak hanya dibagikan di paroki tetapi juga stasi-stasi di Paroki St. Petrus Pekalongan. Inilah sukacita paskah yang tak hanya menjadi milik umat katolik. Gereja ingin berbagi berkat paskah kepada semakin banyak orang. (tim PSE)

CAHAYA PASKAH YANG MENERANGI HIDUP

Malam Paskah Jawa. dok. R. Edy
           

Perayaan Malam Paskah di Gereja St. Petrus Pekalongan diadakan dua kali. Malam Paskah pertama pukul 18.00 wib dengan menggunakan bahasa Jawa. Kemeriahan Malam Paskah terlihat melalui dekorasi dan pakaian yang dikenakan oleh umat. Mereka menggunakan pakaian jawa dengan dandanan yang menawan. Perayaan ekaristi menggunakan bahasa jawa dengan iringan gamelan. Umat yang hadir berlimpah. Umat memenuhi seisi gereja bahkan meluber ke aula gereja. Perayaan Malam Paskah Jawa dipimpin oleh Sheko Swandi, Pr didampingi Tri Kusuma, Pr. Sheko Swandi, Pr mengajak seluruh umat untuk merayakan Paskah, Kebangkitan Tuhan, dengan kesediaan diri membarui diri.
Malam Paskah Jawa. dok. R. Edy
Malam Paskah kedua dirayakan pukul 21.00 wib yang dipimpin oleh Tri Kusuma, Pr didampingi oleh Sheko Swandi, Maryoto, Pr, Yeppy, Pr, dan dua frater. Sukacita malam paskah 2014 ditampakkan melalui baptisan sejumlah 24 orang dan 1 penerimaan dari gereja kristen. Sakramen baptis bagi ke-24 orang dilayani oleh Yeppy, Pr sementara penyerahan kain putih dan lilin menyala oleh Tri Kusuma, Pr dan Maryoto, Pr. Sebelum berkat penutup, para romo dan frater menyanyikan lagu “Ku mau cinta Yesus” di depan altar yang semakin menambah semarak malam paskah 2014. Ekaristi Malam Paskah dan baptisan selesai pukul 00.00 wib.
Malam Paskah dan Baptisan. dok. R. Edy
Keistimewaan Paskah terjadi di Stasi Karanganyar. Untuk kali pertama mereka merayakan Malam Paskah yang dimulai pukul 18.00 wib. Dengan persiapan yang sederhana, mereka beruaha menyiapkan malam paskah dengan baik. Perayaan Malam Paskah di Stasi Karanganyar dipimpin oleh Maryoto, Pr. Sementara di Stasi Wiradesa, perayaan malam paskah dipimpin oleh Yeppy, Pr yang berlangsung khidmat dan khusyuk.

Keesokan paginya, kemeriahan paskah kian terasa. Umat berbondong-bondong merayakan ekaristi paskah pagi dan sore dengan semangat. Suasana gereja sangat hidup. Demikian pula dinamika menggereja di stasi ikut hidup dengan berbagai persiapan yang terjadi sebelumnya. Salah satu stasi lain yang turut merasakan kegembiraan Paskah adalah Stasi Sragi. Umatnya tidak banyak pun usia mereka sebagian besar telah tua. Dengan menggunakan tempat doa yang sederhana, umat merayakan paskah dengan gembira. Umat yang hadir cukup berlimpah berbeda dari hari minggu biasa. Sesudah perayaan ekaristi, seluruh umat merayakannya dengan makan bersama di ruang belakang. Umat merasakan sukacita paskah. Inilah cahaya paskah yang sungguh memberi terang kegembiraan bagi setiap orang. Selamat Paskah!! (trikuspr)
Malam Paskah dan Baptisan. dok. R. Edy

MEMAKNAI BALADA KISAH SENGSARA: YESUS SUNGGUH MENCINTAIKU



Tahun ini SMA Bernardus melibatkan diri dalam kegiatan pekan suci di Gereja Santo Petrus Pekalongan dengan mendramakan kisah Sengsara Yesus. Kisah sengsara dipentaskan pada Jumat, 18 April 2014 pukul 07.00 WIB menggantikan jalan salib. Salah satu siswa yang terlibat dalam drama itu adalah Tri Sulistyo Nugroho. Dia berperan sebagai Yesus. Bagi dia dan pemain lainnya, permenungan kisah sengsara Yesus dengan tablo adalah kali yang pertama. Tidak heran mereka mengalami ketakutan, keragu-raguan dan kecemasan. “M. Maryoto, pr sebagai pamong di SMA Bernadus tidak henti-hentinya memotivasi kami agar semakin percaya diri,” ungkap Tri Sulistyo alias Halus.
dok. R. Edy
Para siswa menyiapkan drama kisah sengsara sejak bulan Februari yang diawali dengan menonton video Kisah Sengsara Yesus. Melalui video itu mereka dibantu untuk menemukan karakter setiap peran di dalam kisah itu. “Aku sangat sedih saat melihat Yesus disiksa, dicambuk oleh para prajurit. Aku seolah merasakan apa yang dirasakan Yesus pada saat itu,” ungkap Halus.
Dalam setiap latihan mereka didampingi oleh Bang Billy. Dia adalah guru seni (teater) yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler seni di SMA Bernardus. Di tengah persiapan mereka terkadang merasa getir dan takut seandainya tidak bisa mengingat naskah dengan baik. Akan tetapi melalui dukungan dan perhatian para romo, guru dan keluarga mereka mencoba menepis ketakutan dan kegetirannya dengan mempersembahkan yang terbaik.
Sejak pukul 05.00, para pemain bersiap di ruang make-up untuk didandani. Jelang pukul 07.00, umat mulai berdatangan memenuhi seluruh gereja. Dekorasi sederhana mengubah altar menjadi panggung sengsara.

dok. R. Edy
Kisah Sengsara Yesus berlangsung khusyuk. Umat menyaksikan adegan demi adegan dengan penuh perhatian bahkan tidak sedikit dari mereka terhanyut dalam kesedihan rohani sampai meneteskan air mata kasih yang mendalam. “Aku sangat bersyukur telah berperan sebagai Yesus. Rasa sakit dan memar yang kurasakan rasanya belum seberapa berat dengan apa yang dialami Yesus. Aku terharu betapa dalam pengorbanan Yesus bagiku. Yesus sangat mencintaiku. Dia mencintai dengan darah dan kematian demi kebahagiaan kekal.” Ungkap Halus mengakhiri sharingnya. (Tri Sulistyo Nugroho/SMA Bernadus)

MEMAKNAI KAMIS PUTIH: PUTIHNYA CINTA YESUS

dok. R. Edy


            Perayaan Kamis Putih di Paroki Santo Petrus Pekalongan diadakan di dua tempat yang bersamaan, yaitu di paroki dan stasi. Kemegahan dan kesyahduan kamis putih didukung dengan pernak-pernik serba putih dan umat yang mengenakan pakaian (kebanyakan) putih. Umat merayakan kamis putih di paroki pukul 17.00 dan pukul 20.00 wib.  Sementara stasi Sragi dan Karanganyar mengadakan misa Kamis Putih pukul 17.00, dan stasi Wiradesa pukul 20.00 wib. Perayaan ekaristi kamis putih dilayani oleh empat romo. Selebran utama adalah Sheko Swandi, Pr yang didampingi oleh Maryoto, Pr, Tri Kusuma, Pr dan E. Yeppy, Pr serta dua frater seminari tinggi yang sedang berasistensi yaitu Fr Rendy (Tk. 3) dan Fr. Raymond (KAM). Perayaan Kamis Putih paroki dan stasi berlangsung khusyuk dan meriah.
Jauh hari sebelumnya, para romo dan seluruh petugas liturgi mempersiapkan pekan suci dengan semangat. Setiap sore sampai dengan malam umat berkegiatan di gereja. Ada yang latihan koor, Putra-putri Altar, Persekutuan doa, dan lain sebagainya. Aktifitas umat yang padat membuat Gereja sungguh hidup. Inilah perwujudan dari sebuah Gereja organisme yang lebih dari sekedar bangunan.
dok. R. Edy
Kematangan seluruh pihak dalam mempersiapkan pekan suci menghasilkan buah sukacita. Umat dapat merayakan setiap perayaan dengan khusyuk. Melalui perayaan Kamis Putih umat merenung, mengenang, dan merayakan Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama para murid. Di dalam perayaan itu, Yesus meninggalkan kisah keteladanan yang hendaknya dihidupi oleh setiap orang yakni Pembasuhan kaki para murid. Kini Perjamuan Malam Terakhir Yesus selalu kita kenang dan rayakan dalam Ekaristi setiap harinya. Di dalam Ekaristi kita melihat Yesus sebagai roti hidup yang diambil, dipecah dan dibagikan bagi kita. Pengalaman diambil, dipecah, dan dibagikan tidak jarang menimbulkan sakit dan terluka. Oleh karena itu, bersama Yesus yang mengadakan perjamuan dan pembasuhan kaki para murid kita menghidupi keutamaan kerendahan hati di dalam kehidupan. Pengorbanan dan kerendahan hati Yesus kepada setiap orang menunjukkan putihnya cinta Yesus bagi kita.

Berjaga Bersama Yesus
dok. R. Edy
Sesudah perayaan Perjamuan Malam Terakhir usai, kita diundang berjaga bersama Yesus memasuki kisah kehidupanNya yang lain. Kisah sengsara dan penderitaan-Nya telah menanti. Prosesi perarakan Sakramen Mahakudus dipimpin oleh Sheko Swandi, Pr berlangsung dengan hening. Umat menyatukan hati dalam keheningan dan kekudusan memandang Sakramen Mahakudus yang diarak menuju tempat pentahtaan. Kepulan asap pendupaan mewarnai ruangan gedung gereja menjadi putih dan harum karenanya. Sakramen Mahakudus ditahtakan di dalalam Kapel Adorasi Paroki St. Petrus Pekalongan. Ini adalah kali pertama Sakramen Mahakudus di tahtakan di Kapel Adorasi St.Petrus. Kapel Adorasi ini baru selesai dibangun. Tujuan dari pembangungan Kapel Adorasi ialah menjaga dan kian menumbuhkan kehidupan doa (iman) umat melalui penghormatan Sakramen Mahakudus. Sejenak umat diajak merelakan waktu berjaga bersama Yesus dalam keheningan dan puji-pujian. Mereka bertekun setia di hadapan Sakramen Mahakudus sampai tuguran selesai pukul 00.00 wib. (trikuspr)

PEMBERSIHAN DIRI DARI DOSA




dok. internet
Pekan suci menjadi pekan yang istimewa bagi seluruh umat Katolik. Setelah perayaan minggu Palma, umat memasuki masa suci yang mengisahkan perjalanan hidup Yesus memasuki kota Yerusalem, penderitaan dan kematianNya di kayu salib. Sebelum memasuki pekan suci, imam dan seluruh umat menyiapkan batin dengan menerima sakramen pengakuan dosa. Jumlah peniten di paroki Santo Petrus Pekalongan bertambah dari 756 menjadi 795 peniten. Peningkatan jumlah peniten kian menunjukkan kesadaran umat dalam memaknai sakramen pengakuan dosa sebagai sarana pemulihan hidup rohani di hadapan Allah yang maharahim. Penerimaan Sakramen pengakuan dosa dilayani oleh para romo paroki St. Petrus Pekalongan dan melibatkan para romo dari paroki terdekat, Pemalang dan Batang.(trikuspr)

TRIDUUAM AYAM BERKOKOK: PAGUYUBAN MURID-MURID YESUS MENURUT INJIL SINOPTIK



Kata Triduum berasal dari bahasa Latin yang berarti tiga hari. Triduum merupakan waktu khusus selama tiga hari sebagai persiapan batin (olah rohani) menjelang suatu perayaan besar. Hari ini para romo dan umat Paroki St. Petrus Pekalongan (kurang lebih 250-300 umat) mengakhiri triduum yang telah dimulai hari Selasa, 2 April 2014 yang lalu.
Selama tiga hari berturut-turut (Selasa-Kamis, 2-4 April 2014) umat berolah rohani merenungkan "Paguyuban Murid-Murid Yesus menurut Injil Sinoptik." Tema ini diselaraskan dengan dinamika Gereja Keuskupan Purwokerto yang mengolah "Tahun Pemberdayaan Paguyuban." Permenungan triduum difasilitasi oleh ketiga romo paroki St. Petrus Pekalongan. Triduum dimulai pukul 04.45 - 06.00 dirangkai dengan ekaristi harian. Sesudah perayaan ekaristi, seluruh umat menikmati "tea and coffee morning" di aula paroki.  
dok.internet
Hari pertama triduum dibuka oleh Sheko Swandi M, Pr yang merenungkan tema panggilan para murid pertama menurut Injil Markus. Umat  melihat latar belakang penginjil, konteks hidup, dan gambaran komunitas/paguyuban menurut Markus. Permenungan tentang komunitas disarikan dari para murid yang "menyertai dan tinggal bersama Yesus." Tujuan dari hidup dan tinggal bersama Yesus ialah agar para murid dapat menyesuaikan cita-cita, semangat hidup mereka dgn cita-cita, semangat dan hidup Yesus. Mereka TERLIBAT SEPENUH dan SEUTUHNYA dengan hidup Yesus. Inilah semangat kemuridan yang Yesus tawarkan kepada kita. Permenungan di hari pertama ditutup dengan ekaristi oleh Tri Kusuma, pr.
Hari kedua triduum difasilitasi oleh M. Maryoto, Pr yang mengambil inspirasi dari Injil Matius (Injil Gerejawi). Melalui Injil Matius, Maryoto, pr mengajak umat melihat komunitas (Gereja) sebagai organisme. Penginjil Matius menggunakan kata 'gereja' (ekklesia, Mat 16:18; 18:17) di dalam tulisannya. Bahan-bahan yang digunakan Matius pun bersentuhan dengan organisasi gereja dan katekese gereja yang disusun dalam bentuk lima kotbah. Bersama Matius, umat merenungkan pusat hidup gereja yang selalu merayakan karya penyelamatan Tuhan dalam ibadah. Permenungan hari kedua ditutup dengan ekaristi oleh Sheko Swandi M, pr
dok. internet
Sementara hari ketiga triduum difasilitasi oleh Tri Kusuma, pr dengan mengambil inspirasi dari Injil Lukas. Refleksi di hari ketiga lebih menekankan bagaimana Gereja menjadi sakramen, tanda dan sarana keselamatan Allah. Menurut refleksi Ig. Suharyo, pr, Lukas menggambarkan Gereja sebagai buah Roh Kudus yang dicurahkan oleh Kristus yang bangkit; didirikan atas dasar para rasul, yang adalah saksi-saksi berwibawa atas kebangkitan Yesus Kristus, pewarta injil yang setia yang dengan berani memberitakan keselamatan (Kis 1-12). Kehadiran Gereja sebagai sakramen diwujudkan melalui sikap inklusif dan kepedulian terhadap situasi aktual di sekitarnya. Kehadiran Yesus ke dunia membawa misi keselamatan yang ditawarkan kepada semua orang khususnya mereka yang miskin, menderita, dan tertindas. Gereja Lukas adalah Gereja yang terbuka terhadap realitas dunia. Gereja bukanlah lembaga atau persekutuan yang berjarak dengan sekitarnya melainkan Gereja yang mau turun ke bawah, berjumpa dengan orang miskin dan menderita. Dalam permenungan hari ketiga, umat diajak untuk menyatukan misi hidupnya dengan misi Yesus sendiri, "Mewartakan kabar gembira kepada semakin banyak orang." Permenungan ini ditutup dengan ekaristi yang dipimpin oleh Sheko Swandi M, pr.

Pengolahan rohani selama tiga hari diharap membekali umat dalam membangun komunitas kemuridan di Gereja St. Petrus Pekalongan. Komunitas yang mengenal Yesus secara mendalam, komunitas yang berkumpul-berdoa, dan komunitas yang bermisi selaras dengan misi Yesus sendiri. Selain itu, triduum menjadi kesempatan umat untuk mempersiapkan hati dalam memasuki dan merayakan pekan suci. (trikuspr)

Tuesday, February 25, 2014


SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2014
KEUSKUPAN PURWOKERTO

  TUHAN HADIR DAN LEWAT MENYELAMATKAN UMAT

Dibacakan dalam Ibadat Sabda atau  Perayaan Ekaristi
Sabtu  sore, 1 Maret 2014 dan Minggu, 2  Maret 2014

Saudara-saudari umat beriman Keuskupan Purwokerto yang terkasih, Berkat Tuhan!

Masa Prapaskah 2014 sudah tiba. Paskah  berarti “hadir dan lewat”. Siapa yang hadir dan lewat? Tuhan Allah yang hadir dan lewat menyelamatkan. Prapaskah berarti “hari menjelang kehadiran dan lewat-Nya Allah”. Peristiwa kehadiran dan lewat-Nya Tuhan Allah ini, dalam iman Perjanjian Lama, berhubungan dengan peristiwa kepercayaan umat Hibrani kepada Yahwe, yang hadir dan lewat menyelamatkan para putera sulung umat Hibrani di Mesir, pada hari menjelang  Yahwe membebaskan umat Hibrani dari penderitaan hidup tertindas di bawah kekuasaan Firaun, raja Mesir. Dalam Perjanjian Baru, Paskah berarti kehadiran dan lewatnya Allah membangkitkan Yesus Kristus dari mati yang menjadi sumber keselamatan umat manusia. Prapaskah itu hari-hari menjelang hari Raya Kebangkitan Yesus  dari mati.

Surat Gembala dari Uskup dalam masa Prapaskah, berisi ajakan Uskup kepada Umat Katolik di keuskupannya, agar umat menggunakan waktu Prapaskah untuk berolah kebatinan, merenungkan misteri atau keajaiban Yesus yang telah menderita sengsara, wafat dan bangkit dari mati  demi keselamatan umat manusia. Umat  ber-bela-derita Yesus dengan laku doa disertai pantang dan puasa seraya mensyukuri, merasuki dan menghayati iman akan keajaiban ilahi ini dalam hidupnya sehari-hari. Dengan demikian, peristiwa Paskah, yang begitu agung, mendalam dan  luhur, tidak tersia-siakan demi keselamatan umat manusia.

Tahun 2014 ini, dalam masa Prapaskah, kemudian Paskah dan sesudah Paskah, umat Katolik Keuskupan Purwokerto diharapkan mengolah arah haluan penggembalaan umat yang menyangkut masalah: Pemberdayaan Paguyuban. Selain itu, Bapa Suci Fransiskus menyampaikan pesan Prapaskah 2014 tentang hikmah penghayatan kemiskinan dan Konferensi Wali Gereja Indonesia mengajak umat dalam Prapaskah 2014 ini mendalami martabat luhur  manusia yang mau belajar dari bekerja. Tambahan lagi, dalam tahun 2014 ini masyarakat Indonesia sedang mengalami peristiwa yang minta perhatian khusus dari umat:  pemilihan umum untuk menentukan para anggota DPR Pusat dan DPRD; kemudian pemilihan umum untuk menentukan siapa Presiden RI. Sehubungan dengan berbagai masalah itu, sepantasnya tema besar olah kebatinan umat Katolik Keuskupan Purwokerto, “Pemberdayaan Paguyuban”, tersentuhkan juga pada masalah politik, masalah sosial, masalah keterbukaan hati. Dalam pelaksanaanya, umat berkinerja  memberdayakan paguyuban-paguyuban yang  sudah ada, baik berkadar teritorial, kategorial, dan profesional. Tentu saja kalau paguyuban yang kita miliki sudah mencakup semua bidang hidup kanuragan, kejiwaan, kerohanian, rasanya masalahnya sudah terincikan untuk bisa dimasuki, tinggal perlunya ada dorongan untuk menemukan pola baru.

Semoga Tuhan Allah yang hadir dan lewat menyelamatkan bangsa Indonesia, menciptakan Pemilu yang berjalan dengan  damai dan aman, serta orang-orang yang nantinya terpilih menjadi pemimpin negara berjiwa jujur, terjauhkan dari tindak korupsi, bersemangat damai untuk melayani masyarakat mencapai kesejahteraan hidup. Demikian juga semoga Tuhan, yang bekenan hadir dan lewat, menyelamatkan umat Katolik Keuskupan Purwokerto, melahirkan paguyuban-paguyuban yang rukun giat bersemangat sebagai umat Katolik yang beriman tangguh, berharapan teguh dan bercintakasih utuh.

Saudara-saudari  umat beriman Keuskupan Purwokerto yang terkasih,


Marilah bersama Tuhan Yesus, yang telah bangkit dari mati, kita menyambut kehadiran Allah Bapa yang menyelamatkan umat manusia. Dan kita mohon doa restu kepada Bunda Maria, Ibu Gereja, supaya kita berani bangkit beralih dari penderitaan ke kegembiraan sebagai putera-puteri Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang.



Purwokerto, 2 Maret 2014


Mgr. Julianus Sunarka, SJ
Uskup Keuskupan Purwokerto

Monday, February 24, 2014

PRAPASKAH 2014


“Jiwaku Memuliakan Tuhan”, Semangat Uskup Bogor

Mgr. Paskhalis Bruno Syukur OFM

RD. Kamilus Pantus, pr
23 Februari 2014


Hari Sabtu tanggal 22 Februari 2014 menjadi hari paling membahagiakan bagi seluruh umat Katolik di Indonesia, namun secara khusus tentu saja bagi Umat Katolik Keuskupan (Diosis) Bogor. Bersamaan dengan Gereja Katolik Semesta yang merayakan Pesta Tahta Santo Petrus - sesuai dengan irama kalender liturgi - maka Diosis Bogor merayakan peristiwa tahbisan episkopal (uskup) untuk gembala barunya : Uskup Bogor Mgr. Paskhalis Bruni Syukur OFM.


Mgr. Paskhalis Bruni Syukur OFM akan menggantikan Uskup Bogor emeritus yang segera akan memasuki hari-hari purna karyanya yakni Mgr. Dr. Michael Cosmas Angkur OFM. Kedua Bapak Uskup ini sama-sama imam anggota Ordo Saudara Hina Dina (Ordo Fratrum Minorum/OFM) yang didirikan oleh Santo Fransiskus Assisi.

Tahbisan Meriah
Dihadiri tak kurang dari 10.000-an umat katolik dari seluruh penjuru -khususnya Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, dan Keuskupan Agung Jakarta serta kerabat dan relasi dekat Uskup Bogor yang baru - acara tahbisan episkopal untuk Mgr. Paskhalis Bruno Syukur digelar di Sentul International Convention Center (SICC). Hujan deras yang membasahi kawasan Jakarta dan Bogor sekitarnya tak membuat ribuan umat katolik lesu semangat untuk merayakan pesta iman dan peristiwa bersejarah untuk Keuskupan Bogor ini.

Bertindak sebagai Uskup penahbis adalah Uskup Emeritus Bogor Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM. Ikut mendampingi beliau adalah Ketua Presidium KWI sekaligus Uskup Agung Jakarta dan Administrator Keuskupan Bandung Mgr. Ignatius Suharyo pr dan Uskup Ruteng (Flores, NTT) Mgr. Hubertus Leteng pr. Mgr. Paskhalis Bruno Syukur OFM adalah putra asli daerah Manggarai, Flores dan secara administratif gerejani masuk dalam jurisdiksi Keuskupan Ruteng.

Magnificat Anima Mea Dominum
Mengambil teks indah dari Injil Lukas 1:46, Uskup Bogor yang baru Mgr. Paskhalis Bruno Syukur OFM mengutip kalimat indah ini : Magnificat anima mea Dominum yang artinya "Jiwaku Memuliakan Tuhan."

Mengapa Uskup Bogor yang baru Mgr. Paskhalis OFM mengambil teks yang indah tersebut? Kiranya, beliau menyadari sepenuhnya bahwa panggilan tugas pelayanan menjadi seorang gembala di sebuah diosis tertentu - dengan menjabat sebagai uskup - merupakan sebuah undangan rohani. Intinya, dia diundang oleh Gereja untuk secara lebih luas dan ekstensif melayani persekutuan orang-orang beriman (yakni Gereja) secara lebih meluas daripada hanya sekedar melayani 'sebagian' orang beriman dalam sebuah kelompok ordo religius tertentu yakni OFM. 


Sebelum ditetapkan oleh Bapa Suci Paus Fransiskus menjadi Uskup Bogor pada tanggal 21 November 2013, Mgr. Paskhalis Bruno Syukur OFM lebih banyak berkarya secara internal di lingkungan Ordo Fratrum Minorum (OFM). Beliau pernah menjadi pemimpin OFM untuk Provinsi Indonesia kurun waktu 2001-2009 dan kemudian menjadi definitore generale untuk OFM wilayah Asia, Oceania, dan Pasifik berkedudukan di Generalat Roma.

Jauh sebelum menjabat pimpinan teras di OFM baik di Provinsi Indonesia maupun di Generalat OFM di Roma, Mgr. Paskhalis Bruno Syukur OFM juga lebih banyak berkarya di bidang formatio para frater muda OFM. Pertama-tama sebagai magister novis frater-frater muda OFM di Novisiat OFM dan kemudian pastor pendamping frater-frater OFM yang tengah studi filsafat-teologi di STF Driyarkara Jakarta. Beliau sendiri secara khusus belajar spiritualitas di Roma.

Maka dengan mengambil moto pelayanan bertajuk Magnificat Anima Mea Dominum, Bapak Uskup Diosis Bogor yang baru Mgr. Paskhalis Bruno Syukur ingin mengedepankan pola/corak kegembalaan pastoral yang memprioritaskan semangat pelayanan, sikap diri murah hati, penuh belas kasih, membina persaudaraan sejati, rendah hati. Tentu saja, tak boleh lupa juga semangat menghadirkan perjumpaan sejati antarmanusia serta penghargaan tinggi terhadap martabat manusia dan alam ciptaan Tuhan.

Omnes vos fratres estis yang berarti "Kamu semua adalah saudara" sesuai isi perikop Injil Matius 23:8. Sapaan Yesus ini menjadi inspirasi bagi Mgr. Paskhalis OFM untuk menyapa dan menjadikan sesama sebagai saudara-saudarinya.

komsoskwi@kawali.org

Wednesday, February 12, 2014

Menerima dan Berbagi Berkat Kehidupan


Peristiwa bencana tiba-tiba menjadi peristiwa aktual masyarakat Indonesia. Berita dari media cetak dan elektronik tentang bencana banjir, tanah longsor, gunung meletus menjadi hidangan acara setiap hari. Air yang meluap dan mengalir dengan deras menghanyutkan barang-barang dan merobohkan rumah-rumah penduduk. Tanah longsor memutus akses dan komunikasi perjumpaan masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain. Awan panas yang mengepul dan turun dengan cepat meluluhlantahkan segala sesuatu bahkan banyak jiwa melayang karenanya. Tangisan-tangisan pilu para korban menjadi nyanyian kesedihan atas peristiwa tragis yang mereka alami. Mereka kehilangan rasa aman dan nyaman, kehilangan harta bahkan nyawa.
Situasi dan kondisi masyarakat yang tengah mengalami penderitaan mengundang empati banyak orang. Dalam dunia psikologi, empati merupakan kemampuan untuk menyadari perasaan orang lain dan bertindak untuk membantu. Sikap empati terkait erat dengan rasa iba dan kasih sayang yang menggerakkan seseorang untuk terlibat. Sikap empati terwujud dalam sikap solidaritas terhadap mereka yang menderita. Sikap solidaritas menjadi pilihan obyektif sebagai pribadi manusia yang berjiwa sosial.
Sikap solidaritas merupakan tindakan peduli seseorang terhadap situasi dan keadaan orang lain yang menderita. Hal itu ditunjukkan melalui aneka aksi sosial masyarakat seperti mengumpulkan dana solidaritas, mengumpulkan bahan mentah sembilan bahan pokok, membuka posko-posko kesehatan, maupun membuka dapur umum. Semua kalangan ambyur dalam situasi masyarakat yang menderita. Latar belakang agama, status sosial dan ekonomi yang berbeda-beda tidak menghalangi adanya solidaritas kemanusiaan. Justru melalui penderitaan, perbedaan disatukan atasnama kemanusiaan.

Menerima dan Berbagi Berkat Kehidupan
Kita menyadari bahwa seluruh alam semesta, termasuk manusia, merupakan ciptaan Allah. Perjalanan kehidupan manusia merupakan suatu berkat (anugerah) dimana kebahagiaan hidup hanya menjadi mungkin jika kita terbuka terhadap kekuatan Allah sendiri. Sebagai pribadi yang diciptakan, kita menerima banyak berkat dariNya, seperti berkat kesehatan, kesejahteraan, kebahagiaan, keberhasilan bahkan lebih dari semuanya adalah berkat kehidupan. Apa yang kita terima dari Allah adalah cuma-cuma. Tidak sepeser rupiah pun kita keluarkan agar kita memperoleh berkat yang namanya “kehidupan”. Sebagai pribadi yang beriman, sepatutnyalah kita mempersembahkan diri kepadaNya dengan penuh cinta. Wujud cinta kita kepada Allah menjadi nyata dalam hubungan/relasi kita dengan segala ciptaanNya. Di antara segala ciptaan manusia merupakan puncaknya karena manusia yang dianugerahi akal budi merupakan citra Allah (gambaran kebaikan dan kesempurnaan Allah) dan teman sekerja Allah dalam penciptaan, pelestarian dan pengembangannya.
Berkat Allah yang diterima secara gratis mengajak kita merefleksikan panggilan hidup di tengah masyarakat. Apa yang dikatakan oleh Nabi Yesaya menjadi undangan bagi kita dalam menyadari eksistensi kita sebagai manusia sosial, “Aku menghendaki supaya engkau membagi-bagikan rotimu kepada orang yang lapar, dan membawa ke rumahmu orang-orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang supaya engkau memberi dia pakaian, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yesaya 58:7). Nabi Yesaya menyampaikan pesan Allah kepada orang-orang Yahudi untuk membentuk suatu masyarakat persaudaraan. Di dalam masyarakat persaudaraan, ada konsep berbagi kasih dan cinta satu dengan yang lain. Demikian realitas kehidupan masyarakat kita saat ini hendak ditarik pada kesadaran refleksi semacam itu. Bagaimana kita membangun masyarakat persaudaraan yang terbuka berbagi dengan mereka yang mengalami keterbatasan dan menderita. Kita dapat belajar dari situasi dan kondisi bencana yang melanda masyarakat saat ini. Apakah kita peduli terhadap mereka? Ataukah sebaliknya, kita mengobyekkan mereka atas nama kemanusiaan demi kepentingan pribadi.
Apabila kita menempatkan diri sebagai orang beriman, masing-masing kita dipanggil kepada kepenuhan hidup dengan cara berpartisipasi dalam kehidupan Allah sendiri. Berpartisipasi berarti bertanggungjawab terhadap apa yang kita katakan atau lakukan. Kita adalah karya Allah yang masing-masing dikehendaki, dicintai olehNya. Kehadiran kita yang penuh berkat dari Allah dipanggil untuk meneruskan kembali berkat itu bagi banyak orang. Inilah makna solidaritas, dimana kita mengakui pemberian rahmat Allah serta terbuka untuk  bersikap dan bertindak membagikannya kepada banyak orang, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada gunakanya selain dibuang dan diinjak-injak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Matius 5:13-14)

Solidaritas Yesus kepada umatNya
Solidaritas memang menuntut kita untuk mengakui pemberian rahmat, yang pada gilirannya mendorong kita bersikap dan bertindak seperti apa yang dilakukan oleh Yesus. Allah membingkai keseluruhan hidup Yesus di dunia sebagai wujud solidaritasNya dengan manusia. Peristiwa inkarnasi merupakan kasih dan cinta Allah kepada manusia, dimana Yesus menjadi manusia agar keselamatan Allah sungguh bisa kita rasakan. Demikian pula keseluruhan hidup dan karya Yesus mengisahkan solidaritas kasih dan cinta kepada banyak orang. Peristiwa pengusiran setan, mukjizat dan penyembuhan : orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, orang tuli mendengar, perempuan yang sakit pendarahan disembuhkanNya, pengampunan Yesus kepada orang-orang berdosa, merupakan solidaritas kasih dan cintaNya kepada manusia. Tujuannya adalah keselamatan. Solidaritas itu dipuncaki dalam penderitaan dan kematianNya di kayu salib demi menebus dosa manusia.
Kita sebagai orang beriman dapat belajar dari sikap Yesus terhadap sesamaNya.  Keterlibatan kita terhadap mereka yang menderita merupakan salah satu wujud pilihan khas Gereja untuk mewartakan kabar gembira pada yang lemah dan kecil, seturut dengan sabda Yesus sendiri, “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketka Aku seorang asing, kamu memberi aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Matius 25:35-36)
Sikap empati (solidaritas) membutuhkan keberanian untuk bertindak tanpa kepentingan apapun. Inilah panggilan kita sebagai orang beriman, bahwa pilihan kehidupan menjadi keutamaan yang harus senantiasa kita perjuangkan. Kita dapat membawa permenungan ini melalui kisah singkat Sidharta Gautama yang merangkum makna pentingnya kehidupan yang diperjuangkan, “Alkisah ada seorang bocah yang sedang berjalan di kebun dan melihat seekor angsa terbang sambil mengerang dan jatuh tersungkur ke semak-semak. Dia bergegas mendekatinya dan ternyata kena panah. Ia segera memeluknya dan memberinya air minum dari labu yang ada dipinggangnya supaya tenang. Lalu perlahan-lahan ia mencabut panah itu dan merobek bajunya untuk membalut lukanya supaya darahnya berhenti mengucur. Diambilnya dedaunan dan diremas lalu dibalurkan sebagai obat.

Tiba-tiba datang saudara sepupunya sambil membawa busur dan meminta supaya angsa itu diserahkan kepadanya karena dia yang memanah. Bocah itu menolak, “Kalau mati, itu adalah milikmu! Tetapi, saya yang menyelamatkan. Karena itu, kamu tidak berhak atasnya!”. Persoalan itu akhirnya dibawa ke sidang orang-orang bijak. Setelah bersidang akhirnya diputuskan “Kehidupan adalah milik dari mereka yang menyelamatkan, bukan yang menghancurkan”.

dimuat dalam Satelitpost, Sabtu, 9 Februari 2014

Tuesday, February 11, 2014

CINTA KASIH ADALAH DASAR HIDUP KELUARGA


Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Seringkali permasalahan muncul secara tidak terduga. Misalnya, hubungan suami istri, masalah yang dihadapi anak belasan tahun, dan masalah ekonomi, demikian definisi keluarga menurut buku Is there a family in the house. Teori itu dapat kita temukan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Ada banyak masalah yang terjadi di dalam keluarga. Dalam relasi suami-istri maupun anak, kurangnya sikap ke-saling-an dalam komunikasi, penghargaan, perhatian, menerima, keterbukaan, dan lain sebagainya. Dalam bidang ekonomi bersangkuterat dengan kesejahteraan: kecukupan sandang, pangan dan papan. Masalah keturunan pun dapat memicu permasalahan keluarga yang berdampak pada lunturnya kesetiaan.
Keluarga-keluarga kerap menemukan masalah, tetapi ditantang untuk menemukan penyelesaian di dalamnya. Ini merupakan suatu tantangan bagi keluarga-keluarga agar dapat mempertanggungjawabkan pilihan hidup dengan baik. Tantangan yang sekarang muncul adalah begitu mudahnya kata “cerai” dilontarkan sebagai penyelesaian persoalan di dalam keluarga. Kita dapat menarik refleksi ini dari salah satu media yang kerap kita nikmati, yaitu media elektronik televisi. Setiap hari stasiun-stasiun televisi tidak pernah alpa menayangkan acara infotainment meliputi gaya hidup artis sampai kehidupan pribadi dan keluarganya yang sangat personal. Kita dapat melihat kasus kekerasan rumah tangga, pelecehan seksual, perselingkuhan, bahkan perceraian yang dialami oleh mereka maupun public figur lainnya. Kita bisa dengan mudah menyebut artis-artis yang sudah dan tengah menjalani proses perceraian. Seolah perceraian dianggap sebagai pilihan tepat untuk mengatasi persoalan dalam keluarga. Ada pasangan yang sudah menikah sekian tahun lamanya, harus berakhir pada perceraian, bahkan mereka yang baru seumur jagung menikah dengan mudah memutuskan cerai. Reaksi spontan kita, mungkin terkesan menghakimi, “Artis kok doyane kawin cerai”. Tetapi, apakah fenomena pelecehan, perselingkuhan, perceraian hanya terjadi pada para artis? Tidak!
Peristiwa kawin cerai kini menjadi fenomena biasa yang terjadi dalam kehidupan kita. Jika sudah tidak ada kecocokan, berarti cerai. “Kalo istri atau suami ngga mau diatur, cerai saja!”, Ketika ada perselingkuhan, cerai adalah jalan keluar. Apakah perkawinan (hidup berkeluarga) hanya cukup dipandang dan dimaknai sesederhana itu? Bukankah perkawinan dan hidup berkeluarga merupakan suatu panggilan hidup dimana kesakralan perkawinan itu ada dan harus dijaga?
Paus Yohanes Paulus II dalam Amanat Apostolik Familiaris Consortio berisi tentang Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern mengajak seluruh keluarga kristiani untuk tetap setia berpegang pada nilai-nilai yang merupakan dasar landasan lembaga keluarga. Perkawinan dan keluarga merupakan salah satu nilai manusiawi yang paling berharga dimana misteri perkawinan dan keluarga tak pernah habis digali berkat keadaan, pertanyaan, kecemasan serta harapan yang diberikan Allah di dalamnya.
Gereja memberikan terang dalam situasi gelap yang dihadapi oleh keluarga-keluarga kristiani jaman ini. Jalan terang yang ditawarkan adalah bagaimana keluarga memaknai kembali hakikat perkawinannya. Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Dalam perkawinan dan dalam keluarga terjalinlah serangkaian hubungan antarpribadi-hidup sebagai suami-istri, hidup sebagai ayah dan ibu, hidup sebagai anak dan sebagai saudara, dan melalui hubungan itu setiap pribadi manusia dibawa masuk ke dalam “keluarga manusia” dan ke dalam “keluarga Allah”, yakni Gereja.” Pertama, Keluarga manusia. Setiap pribadi diajak untuk menghayati realitas persatuan dengan setia satu sama lain. Asas batiniah yang menjadi kekuatan dan tujuan akhirnya adalah cinta kasih, “Tanpa cinta kasih keluarga bukanlah persekutuan pribadi-pribadi dan tanpa cinta kasih keluarga tidak dapat hidup, tumbuh, dan menyempurnakan diri sebagai persekutuan pribadi.” (FC. 18) Penghayatan cinta kasih tidak selalu mudah untuk diterapkan dalam kehidupan. Kita diharap mampu mengukur dan memaknai cinta kasih berdasar ukuran cinta Allah kepada kita, tak terbatas. Ini merupakan usaha kita terus-menerus. Kita diharap membangun keluarga sebagai komunitas kasih sehingga keluarga menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh anggotanya. Selain itu, keluarga yang bertumbuh sebagai komunitas kasih mampu mengembangkan buah-buah Roh di dalam kehidupan, “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri serta pengampunan “ (Gal 5:22-23).
Kedua, Keluarga Allah. Keluarga Kristiani berakar dan mengambil kekuatan, dan dihidupkan oleh Tuhan dan dipanggil serta dilibatkan ke dalam dialog denganNya melalui sakramen-sakramen, persembahan hidup dan doa. Dengan demikian keluarga dipanggil untuk dikuduskan dan menguduskan persekutuan gerejani dan dunia. Keluarga tidak hanya menjadi persekutuan manusiawi, tetapi persekutuan ilahi. Allah hadir di dalam keluarga melalui peran dan tugas setiap anggotanya.
Salah satu model keluarga kristiani yang ideal dapat kita temukan dalam kehidupan Keluarga Kudus Nazaret. Siapakah Keluarga Kudus Nazaret? Mereka adalah Yesus, Maria dan Yosef. Keluarga Kudus Nazaret menjadi patron (model) hidup keluarga-keluarga kristiani. Kudus berarti bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Mereka menjadi keluarga kudus karena berkenan kepada Allah. Maria dan Yusuf merupakan pribadi yang setia satu sama lain. Mereka menghayati kebersamaan keluarga yang saling mengasihi. Mereka hidup sebagai keluarga yang taat dengan tata aturan agama. Mereka setia beribadah. Mereka tumbuh sebagai keluarga yang menyadari dan menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Yusuf dan Maria pun mendidik iman dan mengenalkan Allah kepada anaknya sejak dini. Yesus diajak ikut serta dalam perjalanan mereka ke Bait Allah di Yerusalem.
Inilah harapan Gereja kepada keluarga-keluarga kristiani. Bagaimana keluarga-keluarga kristiani hidup menurut kehendak Allah. Mereka menerima Yesus tinggal di tengah-tengah mereka sehingga dikuduskan olehNya. Keluarga tetap setia membangun persekutuan kasih antara suami dan istri. Cinta kasih menjadi benteng iman menghadapi tantangan di dalam keluarga. Akhirnya keluarga diutus menjaga, menyatakan, dan menyampaikan cinta kasih kepada anggotanya maupun mereka yang ada di sekitarnya.
Untuk menutup renungan ini, ada sebuah kisah inspiratif dari film berjudul “The Vow” yang diangkat dari pengalaman nyata sebuah keluarga. Bagaimana persoalan keluarga tidak menjadi alasan putusnya kasih dan cinta atau perceraian melainkan kesempatan menguji ketulusan dan kesetiaan.
Mereka adalah Kim dan Krickitt Carpenter. Pada usia 10 minggu perkawinannya, sebuah kecelakaan mengerikan dialami keduanya. SEbuah truk menabrak mereka dari belakang. Kim penuh luka, tulang rusuk dan hidungnya patah, serta mengalami luka robek. Sementara Krickitt tak sadarkan diri dan luka pada kepala. Krickitt koma selama empat bulan. Saat tersadar dari komanya, dia tidak bisa mengingat apapun yang dialaminya selama dua tahun sebelum kecelakaan. Krickitt pun sama sekali tak mengenali suaminya, Kim.
"Aku tidak tahu apapun sampai aku bangun dari koma. Setelah empat bulan berlalu, aku sama sekali tak tahu di mana dan atau apa yang telah terjadi". Akibat kecelakaan itu, Krickitt lupa tentang banyak hal seperti bagaimana menggosok gigi, berpakaian dan berjalan bahkan lupa dengan Kim, suaminya. Peristiwa itu membuat Kim sedih. Namun ia tidak ingin larut dalam kesedihan itu sebab ia lebih bersyukur bahwa wanita yang dicintainya dalam keadaan selamat.
"Aku berpikir dia mungkin saja tidak akan pernah mengingatku. Bahkan dia tidak ingin melakukan apapun denganku. Aku tidak akan meninggalkannya sampai dia menatap mataku dengan sadar dan mengatkan kalau semuanya sudah berakhir. Sampai saat itu terjadi, aku tidak akan menyerah". Itulah yang dikatakan Kim. Demikian pula Krickitt, meski ia tidak memiliki perasaan cinta kepada Kim. Ia tidak menceraikannya.
"Aku sudah bersumpah di depan keluarga dan teman untuk tetap bersama dalam keadaan suka dan duka, sakit dan sehat.". Krickitt memutuskan untuk belajar mencintai Kim lagi meski ia membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mewujudkannya.
Semoga kita dapat menghayati dan menghidupi cinta di dalam keluarga dengan setia bahkan saat kita menghadapi persoalan berat sekalipun. 

dipublikasikan di dalam satelitpost