Tuesday, June 3, 2014

Toleransi dan kerukunan hidup antarumat beragama itu indah

Silaturahmi FKUB

Silaturahmi tokoh agama di Aula Paroki St. Petrus Pekalongan. dok. R. Edy
Toleransi dan kerukunan hidup antarumat beragama merupakan salah satu perhatian besar semua pihak. Di tengah gejala berkembangnya intoleransi, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) mencoba mengadakan silaturahmi kepada seluruh tokoh agama agar keakraban, pengenalan dan kerukunan dapat tercipta di bumi Pekalongan. Pada hari Minggu, 18 Mei 2014, Aula Paroki Santo Petrus Pekalongan menjadi ruang pertemuan bagi para tokoh agama dari Kotamadya Pekalongan. Mereka tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang terdiri dari tokoh Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Mereka mengadakan safari kunjungan ke semua tokoh agama dalam rangka silaturahmi.

Perbedaan dalam keyakinan bukanlah alasa adanya pengkotak-kotakkan di dalam tata hidup ber-kemanusiaan. Justru perbedaan dapat digunakan sebagai sarana menciptakan keindahan hidup di dunia ini. Keberagamaan keyakinan yang terbangun atas dasar keterbukaan, penghormatan, dan penghargaan akan mamu menciptakan suatu tata hubungan antarpribadi yang damai dan harmonis.
Para tokoh agama dan Dewan Paroki St. Petrus Pekalongan. Dok. R. Edy

Para tokoh agama yang tergabung dalam FKUB disambut oleh para Romo Paroki Santo Petrus Pekalongan, Dewan Paroki, dan khususnya tim yang terkait dengan kerukunan antarumat beragama (Tim HAK). Dalam kesempatan itu, para tokoh agama diberi kesempatan untuk sharing tentang dinamika yang terjadi dalam agamanya. Melalui sharing setidaknya kita dapat mengenal bagaimana dinamika agama lain. "Tak kenal maka tak sayang," demikian ungkap salah seorang peserta. Silaturahmi menjadi sarana mengenal lebih dalam agar bisa menjadi sayang. Tidak sekedar berbagi dinamika masing-masing agama, mereka diajak pula memberi masukan kepada pengurus FKUB yang baru agar FKUB sebagai sarana membangun kerukunan antarumat beragama dapat menciptakan suatu kegitan bersama yang melibatkan berbagai agama.

FKUB menjadi ruang publik bagi setiap agama yang selalu merindukan suatu tata kehidupan yang rukun dan harmonis. Pluralisme agama akan menjadi kekuatan konstruktif bagi kehidupan bersama. Walaupun tidak dapat dihindari bahwa pluralisme agama dapat menjadi salah satu  pemicu konflik, karena selalu bersentuhan dan berjalan bersama sejarah hidup manusia dari waktu ke waktu. Tetapi, semakin orang memahami agamanya secara baik, memaknainya dengan bijak, maka agama-agama akan mampu menjadi "jalan" bagi setiap orang untuk menemukan kebersamaan di tengah perbedaan.


Keharmonisan dalam perayaan Peh Cun

Salah satu bentuk kegiatan kerukunan antarumat beragama dapat ditemukan dalam peristiwa Peh Cun beberapa waktu lalu. Gereja Katolik St. Petrus Pekalongan diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam perayaan Peh Cun dengan mengisi acara gamelan (Sabtu, 31 Mei 2014). Inilah bentuk keindahan di tengah perbedaan. Umat yang terlibat dalam gamelan mengisi dengan penuh semangat. Mereka menggunakan baju seragam yang indah. Mereka tampil dengan maksimal menghibur para penonton yang datang silih berganti.
Umat Katolik mengisi acara Peh Cun

Perayaan Peh Cun biasa dikenal dengan festival Perahu Naga jatuh pada tanggal 5 bulan 5 menurut perhitungan kalender lunar (imlek). Salah satu maksud perayaan Peh Cun adalah untuk mengenangkan semangat kesetiaan dan kepatriotan Qu Yuan (339 SM27SM). Dia adalah seorang menteri negara Chu di zaman negara-negara yang saling berperang. Ia adalah seorang pejabat yang setia. Kesetiaannya pada kebenaran membuat ia tidak disukai oleh keluarga raja yang berdampak pada pengusiran dirinya dari kota Chu. Ia yang merasa sedih dengan kecemasan masa depan negara Chu kemudian bunuh diri dengan melompat ke sungai Miluo. Peristiwa kematian Qu Yuan membuat rakyat menjadi sedih. Merea mencari-cari jenasahnya di sungai tempat Qu Yuan bunuh diri. Mereka melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai itu tidak mengganggu jenasahnya. Dalam perkembangan waktu, makanan itu dibungkus dengan daun-daunan yng kita kenal sebagai Bakcang. Selain itu, aktivitas para nelayan yang berusaha mencari jenasah Qu Yuan kini berkembang dengan festival perahu naga (disarikan dari www. mandarincentre.net).

Salah satu kesenian dalam acara Peh Cun
Apa yang dirayakan oleh umat beragama lain tidak menjadi alasan untuk tidak mendukungnya dengan baik. Inilah bentuk kebersamaan yang melahirkan harmoni. Perbedaan bukan alasan adanya perpecahan. Perbedaan adalah sarana membangun keindahan.

No comments:

Post a Comment