SURAT GEMBALA USKUP KEUSKUPAN PURWOKERTO
MENYONGSONG TAHUN PEMBERDAYAAN PAGUYUBAN
Dibacakan
dalam Perayaan Ekaristi 1 Januari 2014
Pada
Hari Raya Santa Maria Bunda Allah
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Pertama-tama
saya ucapkan SELAMAT NATAL kepada seluruh umat. Perayaan Natal yang kita
rayakan setiap tahun mengajak kita sekalian untuk bersyukur atas rahmat Allah,
sekaligus mengajak kita untuk memohon “Datanglah, ya Raja Damai” supaya kita
umat katolik semakin mampu mewujudkan kedamaian itu dalam hidup kita di tengah
masyarakat yang diwarnai ketidak damaian ini.
Dalam semangat Natal ini kita juga mau berdoa untuk saudara-saudari kita
yang menjadi kurban bencana alam akhir-akhir ini. Kita mohon supaya semangat
keterbukaan yang dimiliki oleh para gembala yang berkenan memberi tumpangan
kepada Maria dan Yosef juga menjadi semangat umat katolik dan semangat banyak orang yakni bersedia
memberi tumpangan atau bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Hari
ini kita bersama-sama kita bersama-sama mengakhiri tahun 2013 dengan merayakan
Hari Raya Santa Maria Bunda Allah. Perayaan ini mengajak kita semua untuk
meneladan sikap Maria dalam menghadapi berbagai peristiwa di dalam hidupnya,
yakni “menyimpan segala perkara itu di dalam hati dan merenungkannya”. Maria
menyimpan pertanyaan-pertanyaan atas peristiwa yang tidak diingininya bukan
sebagai pengalaman pahit yang menimbulkan luka, melainkan menyimpan untuk
direnungkan dan diolahnya. Sikap batin seperti inilah yang mestinya menjadi
sikap batin semua umat katolik.
Akhir-akhir
ini kita menyaksikan kejahatan korupsi begitu hebatnya merasuk sendi-sendi
masyarakat dan merusak bangsa ini begitu hebatnya. Kita juga berhadapan dengan
kejahatan narkoba yang mengancam anak-anak muda sebagai generasi yang
menentukan hidup bangsa Indonesia di masa depan. Kita harus mengambil sikap
sebagaimana dilakukan Maria, yakni merenungkan peristiwa ini di dalam hati
kita. Merenungkan kejahatan korupsi dan Narkona di dalam hati tentulah
menyadarkan kita betapa hidup bangsa ini berada dalam bahaya yang besar.
Kehadiran Sang Juru Selamat yang baru saja kita rayakan mestinya menjadi
pendorong bagi kita untuk bergerak menyelamatkan bangsa ini dari jeratan
korupsi dan narkoba.
Saudara-saudari
yang terkasih,
Kita akan mengakhiri tahun 2013 ini
sekaligus berarti mengakhiri Tahun Iman sebagai guliran hasil Musyawarah
Pastoral (MUSPAS) Keuskupan
Purwokerto tahun 2012 yang lalu. Tujuan pengolahan tahun iman yang telah kita
lalui adalah supaya umat katolik
mempunyai Iman yang berakar, hidup dan
dewasa. Iman yang berakar, hidup dan dewasa tersebut
ditandai dengan adanya pengetahuan
iman yang memadai, menghayati imannya dan mewujudkan imannya dalam sikap
perilaku hidup sehari-hari. Iman yang
dewasa tersebut juga nampak dalam kemampuan untuk berani berdialog dengan orang
beriman lain dan berani memberi kesaksian iman dalam hidupnya. Untuk mencapai
iman yang seperti itu di beberapa paroki diadakan kursus untuk katekis
voluntir, berbagai seminar, rekoleksi, pendalaman iman dan berbagai kegiatan lainnya. Untuk itu saya
ucapkan terimakasih kepada para relawan yang tanpa lelah telah melakukannya
demi kemajuan iman umat katolik. Namun demikian, kita sadari pula adanya
berbagai kendala dalam menggulirkan tahun iman ini sehingga ada beberapa paroki
yang belum dapat melaksanakannya dengan baik. Guliran olah iman ini tidak boleh
hanya berhenti pada tahun 2013 saja, namun harus terus menjadi guliran juga di
masa-masa mendatang. Tahun 2013 ini sebagai momentum bagi kita untuk memulai menata
iman kita supaya menjadi lebih berakar, hingga akhirnya iman itu hidup dan
berbuah dalam hidup kita.
Saudara-saudari
yang terkasih,
Memasuki
tahun 2014 kita akan memasuki guliran MUSPAS yang kedua, yakni Tahun
Pemberdayaan Paguyuban. Tujuan
guliran Tahun Pemberdayaan Paguyuban ini adalah supaya terwujud Paguyuban
Gerejawi dan Manusiawi sebagai tanda hadirnya Kerajaan Allah yang menjadi visi
dari keuskupan Purwokerto ini. Mengapa pemberdayaan paguyuban ini menjadi
penting bagi kita?
Akhir-akhir
ini kita temukan bahwa jumlah umat katolik di keuskupan ini terus mengalami
penurunan. Kondisi ini tentu semakin melemahkan Gereja untuk dapat menjadi
tanda hadirnya Kerajaan Allah. Untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah
tersebut barangkali juga sulit ketika harus diwujudkan oleh seorang katolik
sendirian saja. Namun, dalam kebersamaan sebagai paguyuban hal tersebut menjadi
sangat mungkin untuk diwujudkan. Selama ini hidup umat katolik Indonesia,
khususnya Keuskupan Purwokerto sudah berada dalam
paguyuban, baik paguyuban teritorial
(kring/lingkungan/stasi), paguyuban kategorial, maupun paguyuban karya. Namun
demikian, ditengarai bahwa paguyuban yang ada belum efektif sehingga belum
berdaya untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah.
Oleh
karena itu, pada tahun 2014 ini perlulah ditempuh cara-cara untuk semakin
mengefektifkan paguyuban-paguyuban yang ada. Sebagai contoh lingkungan dengan
jumlah KK sampai 70 tentu kurang efektif untuk mengenal satu sama lain,
dibandingkan paguyuban dengan 15 KK. Untuk itu, perlu dikembangkan dasa wisma
di antara umat katolik sendiri. Paguyuban tersebut dapat menjadi paguyuban
pemberdayaan apabila dijiwai dengan semangat untuk melibatkan, mengembangkan,
mencerdaskan dan berwawasan lingkungan.
Selain
itu, sangat perlu diusahakan agar umat katolik Keuskupan
Purwokerto sebagai kawanan kecil yang tinggal dan hidup di antara umat beriman
lain mengembangkan Paguyuban-Paguyuban Manusiawi bersama dengan umat beriman
lain. Kebersamaan dengan umat beriman lain inilah yang dapat secara nyata
menjadi saksi hadirnya Kerajaan Allah. Secara pribadi-pribadi banyak umat
katolik yang dalam karyanya mampu menembus masyarakat luas dengan
prestasi-prestasi yang gemilang, entah sebagai pejabat pemerintahan, sebagai
dokter teladan, guru teladan dan lain sebagainya. Kepada mereka ini patut
diberi apreasi. Namun demikian, kiranya keberadaan suatu karya bersama – entah
apapun karya itu – yang mempunyai daya tembus ke masyarakat luas tentu akan
lebih menguatkan Gereja untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah bagi
masyarakat luas. Ini yang perlu diperjuangkan bersama dengan dimulai pada tahun
2014 ini.
Akhir
kata, saya ucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2014, selamat memusuki Tahun Pemberdayaan
Paguyuban. Tuhan memberkati!
Purwokerto, 31
Desember 2013
+Mgr. Julianus Sunarka, SJ
Uskup
Keuskupan Purwokerto