Sunday, December 8, 2013

Adven I : Moment Membangun Pengharapan

Ada seorang pemuda bernama Tama. Ia tergolong masih muda, usianya kisaran 22 tahun. Pada usia yang terbilang muda, Tuhan menguji dirinya dengan penyakit berat. Berdasarkan pemeriksaan para medis, ia terserang tumor. Vonis itu membuat Tama sangat terpukul. Suasana gegap gempita sebagai orang muda serasa muram tak bergema apa-apa.

Awalnya ia merasa berat menerima kenyataan pahit itu. Tetapi seiring waktu sejalan doa dan dukungan orang-orang yang mencintainya, ia memutuskan untuk berpasrah kepada Tuhan. Ia tak mempersoalkan seberapa sakit dan beratnya penyakit yang diidapnya. Ia tidak lagi memberontak kepada Tuhan. Ia memilih mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik bahkan untuk kenyatan terpahit sekalipun. Ia mengasup obat herbal dan setia menjalani terapi dengan hati yang lebih pasrah. Ia menghabiskan waktunya untuk berdoa, pribadi atau dalam perayaan ekaristi serta merenungkan Sabda. Dibalik kegetiran hidupnya, ia selalu mengumbar senyum untuk siapa saja. Kehadirannya membawa kehangatan bagi siapa saja yang berada di dekatnya. Inilah sikap dan caranya memandang sakit dan kehidupannya.

Penderitaan bukan suatu peristiwa yang menakutkan tetapi kesempatan membangun harapan dalam iman. Tama menyiapkan akhir hidupnya dengan matang. Ia siap saat Tuhan datang kepadanya.

Apa yang ia buat sungguh mengagumkan. Ia berani mengambil langkah-langkah yang panjang dalam proses penyembuhannya. Kita bisa membayangkan bagaimana kesembuhan itu membutuhkan kesabaran untuk menunggu. Inilah pengalaman Adven di mana Tama mempersiapkan segala sesuatu dengan iman dan harapan kepadaNya.

Pengalaman adven inilah yang akan kita renungkan minggu ini. Apa yang dimaksud dengan pengalaman adven? Kita akan merenungkan pengalaman adven dalam kacamata Gereja Katolik. Adven merupakan masa khusus di dalam liturgi gereja. Adven berasal dari kata Latin adventus, artinya kedatangan yang dinanti-nanti. Apa dan siapa yang dinanti? Yesus Sang Juruselamat. Masa adven diperingati dalam 4 minggu sebelum hari natal. Selama empat minggu, umat beriman menyiapkan kedatangan Tuhan, yang dikandung dari Roh Kudus oleh Perawan Maria sekalius mempersiapkan kedatangan Tuhan yang kedua. Maka, masa adven adalah masa untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus.

Peristiwa iman inilah yang kita rayakan selama empat minggu ke depan. Seluruh umat beriman mempersiapkan diri agar pantas menyambut kedatanganNya. Kepantasan itu disiapkan secara lahir dan batin. Apa yang harus kita siapkan?

Pertama, Berjalan di dalam terang Tuhan. Apa yang disampaikan oleh Nabi Yesaya, utusan Allah, kepada orang Yehuda dan Yerusalem merupakan langkah persiapan. Yesaya mengajak mereka naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar tentang jalan-jalanNya, dan supaya mereka menempuh jalan itu. Yesaya mengajak mereka untuk berjalan dalam terang Tuhan (Yes 2:5). Yesaya menegaskan suatu dampak dari kehidupan baru yang diakibatkan oleh terang yakni kedamaian.

Apa yang dihadapi oleh Yesaya dirasakan oleh kita saat ini. Alih-alih kita menemukan kedamaian malah peperangan, kekerasan, dan kebencian. Lihat apa yang terjadi dengan para mahasiswa di Makasar, mereka tawuran. Pembunuhan, perampokan atau korupsi bisa kita temukan dengan mudah tumbuh di sekitar kita. Dalam lingkup keluarga, adanya perselingkuhan, perceraian, ngrasani sangat cepat berkembang.

Di dalam masa adven, kita dipanggil untuk merenungkan perjalanan rohani kita secara pribadi. Apa yang direnungkan  oleh Yesaya menjadi permenungan kita. Kedamaian, keselamatan, kebahagiaan itu dapat menjadi nyata jika kita terbuka membiarkan diri berjalan di dalam terangNya, "Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas. Bangsa yang satu tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa yang lain, dan mereka tidak akan lagi berlatih perang."

Masa adven merupakan moment istimewa untuk mengubah diri. Aneka kekacauan (chaos) yang ada tak akan pernah berhenti jika kita tidak berusaha mengubahnya. Kesempatan untuk berubah merupakan salah satu persiapan kita secara rohani dalam menyambut kedatangan Yesus. Perubahan itu tidak lepas dari pertobatan yang kita bangun terus-menerus. Bagaimana kita mewujudkan hidup sebagai anak terang?

Kedua,  Kesiapsediaan. Kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi dengan hidup kita. Masa adven sebagai masa penantian akan kedatangan Tuhan Yesus mengajak kita untuk selalu mempersiapkan diri kapan-pun Ia datang. Ilustrasi kesiapsediaan itu dikisahkan Penginjil Matius dengan jelas, "Sebab itu, hendaklah kamu selalu siap siaga, karena Anak manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." Kesiapsediaan kita sebagai orang beriman dapat diwujudkan dalam ketekunan berdoa, kesetiaan menggereja,  terbuka terhadap sesama. Jangan sampai saat Tuhan datang yang kedua kalinya kita kedapatan belum siap, masih kotor. Kita masih sibuk membersihkan hati kita yang kotor karena kebencian, kemarahan, dan kesombongan. Oleh karena itu, masa adven menjadi kesempatan yang baik untuk membersihkan hati kita. Kita menyiapkan ruang hati yang bersih, yang pantas menjadi tempat tinggalNya. Inilah bentuk kesiapsediaan kita dalam menyambut kedatanganNya.

Semoga keterbukaan dan kesiapsediaan kita menyambutNya bisa dihidupi dengan setia di masa adven ini. Sebab inilah moment yang tepat bagi kita untuk membangun pengharapan sebab Dia datang menawarkan keselamatan kepada kita. Apakah kita telah benar-benar serius menyiapkan hati kita untukNya?

.

No comments:

Post a Comment