Saturday, December 28, 2013

SURAT GEMBALA USKUP KEUSKUPAN PURWOKERTO

SURAT GEMBALA USKUP KEUSKUPAN PURWOKERTO
MENYONGSONG TAHUN PEMBERDAYAAN PAGUYUBAN

Dibacakan dalam Perayaan Ekaristi 1 Januari 2014
Pada Hari Raya Santa Maria Bunda Allah


Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Pertama-tama saya ucapkan SELAMAT NATAL kepada seluruh umat. Perayaan Natal yang kita rayakan setiap tahun mengajak kita sekalian untuk bersyukur atas rahmat Allah, sekaligus mengajak kita untuk memohon “Datanglah, ya Raja Damai” supaya kita umat katolik semakin mampu mewujudkan kedamaian itu dalam hidup kita di tengah masyarakat yang diwarnai ketidak damaian ini.  Dalam semangat Natal ini kita juga mau berdoa untuk saudara-saudari kita yang menjadi kurban bencana alam akhir-akhir ini. Kita mohon supaya semangat keterbukaan yang dimiliki oleh para gembala yang berkenan memberi tumpangan kepada Maria dan Yosef juga menjadi semangat umat katolik  dan semangat banyak orang yakni bersedia memberi tumpangan atau bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Hari ini kita bersama-sama kita bersama-sama mengakhiri tahun 2013 dengan merayakan Hari Raya Santa Maria Bunda Allah. Perayaan ini mengajak kita semua untuk meneladan sikap Maria dalam menghadapi berbagai peristiwa di dalam hidupnya, yakni “menyimpan segala perkara itu di dalam hati dan merenungkannya”. Maria menyimpan pertanyaan-pertanyaan atas peristiwa yang tidak diingininya bukan sebagai pengalaman pahit yang menimbulkan luka, melainkan menyimpan untuk direnungkan dan diolahnya. Sikap batin seperti inilah yang mestinya menjadi sikap batin semua umat katolik.

Akhir-akhir ini kita menyaksikan kejahatan korupsi begitu hebatnya merasuk sendi-sendi masyarakat dan merusak bangsa ini begitu hebatnya. Kita juga berhadapan dengan kejahatan narkoba yang mengancam anak-anak muda sebagai generasi yang menentukan hidup bangsa Indonesia di masa depan. Kita harus mengambil sikap sebagaimana dilakukan Maria, yakni merenungkan peristiwa ini di dalam hati kita. Merenungkan kejahatan korupsi dan Narkona di dalam hati tentulah menyadarkan kita betapa hidup bangsa ini berada dalam bahaya yang besar. Kehadiran Sang Juru Selamat yang baru saja kita rayakan mestinya menjadi pendorong bagi kita untuk bergerak menyelamatkan bangsa ini dari jeratan korupsi dan narkoba.

Saudara-saudari yang terkasih,
Kita akan mengakhiri tahun 2013 ini sekaligus berarti mengakhiri Tahun Iman sebagai guliran hasil Musyawarah Pastoral (MUSPAS) Keuskupan Purwokerto tahun 2012 yang lalu. Tujuan pengolahan tahun iman yang telah kita lalui adalah supaya umat katolik mempunyai Iman yang berakar, hidup dan dewasa.  Iman yang berakar, hidup dan dewasa tersebut ditandai dengan adanya pengetahuan iman yang memadai, menghayati imannya dan mewujudkan imannya dalam sikap perilaku hidup sehari-hari. Iman yang dewasa tersebut juga nampak dalam kemampuan untuk berani berdialog dengan orang beriman lain dan berani memberi kesaksian iman dalam hidupnya. Untuk mencapai iman yang seperti itu di beberapa paroki diadakan kursus untuk katekis voluntir, berbagai seminar, rekoleksi, pendalaman iman  dan berbagai kegiatan lainnya. Untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada para relawan yang tanpa lelah telah melakukannya demi kemajuan iman umat katolik. Namun demikian, kita sadari pula adanya berbagai kendala dalam menggulirkan tahun iman ini sehingga ada beberapa paroki yang belum dapat melaksanakannya dengan baik. Guliran olah iman ini tidak boleh hanya berhenti pada tahun 2013 saja, namun harus terus menjadi guliran juga di masa-masa mendatang. Tahun 2013 ini sebagai momentum bagi kita untuk memulai menata iman kita supaya menjadi lebih berakar, hingga akhirnya iman itu hidup dan berbuah dalam hidup kita.

Saudara-saudari yang terkasih,
Memasuki  tahun 2014 kita akan memasuki guliran MUSPAS yang kedua, yakni Tahun Pemberdayaan Paguyuban. Tujuan guliran Tahun Pemberdayaan Paguyuban ini adalah supaya terwujud Paguyuban Gerejawi dan Manusiawi sebagai tanda hadirnya Kerajaan Allah yang menjadi visi dari keuskupan Purwokerto ini. Mengapa pemberdayaan paguyuban ini menjadi penting bagi kita?

Akhir-akhir ini kita temukan bahwa jumlah umat katolik di keuskupan ini terus mengalami penurunan. Kondisi ini tentu semakin melemahkan Gereja untuk dapat menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah. Untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah tersebut barangkali juga sulit ketika harus diwujudkan oleh seorang katolik sendirian saja. Namun, dalam kebersamaan sebagai paguyuban hal tersebut menjadi sangat mungkin untuk diwujudkan. Selama ini hidup umat katolik Indonesia, khususnya Keuskupan Purwokerto sudah berada dalam paguyuban, baik paguyuban teritorial (kring/lingkungan/stasi), paguyuban kategorial, maupun paguyuban karya. Namun demikian, ditengarai bahwa paguyuban yang ada belum efektif sehingga belum berdaya untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah.

Oleh karena itu, pada tahun 2014 ini perlulah ditempuh cara-cara untuk semakin mengefektifkan paguyuban-paguyuban yang ada. Sebagai contoh lingkungan dengan jumlah KK sampai 70 tentu kurang efektif untuk mengenal satu sama lain, dibandingkan paguyuban dengan 15 KK. Untuk itu, perlu dikembangkan dasa wisma di antara umat katolik sendiri. Paguyuban tersebut dapat menjadi paguyuban pemberdayaan apabila dijiwai dengan semangat untuk melibatkan, mengembangkan, mencerdaskan dan berwawasan lingkungan.

Selain itu, sangat perlu diusahakan agar umat katolik Keuskupan Purwokerto sebagai kawanan kecil yang tinggal dan hidup di antara umat beriman lain mengembangkan Paguyuban-Paguyuban Manusiawi bersama dengan umat beriman lain. Kebersamaan dengan umat beriman lain inilah yang dapat secara nyata menjadi saksi hadirnya Kerajaan Allah. Secara pribadi-pribadi banyak umat katolik yang dalam karyanya mampu menembus masyarakat luas dengan prestasi-prestasi yang gemilang, entah sebagai pejabat pemerintahan, sebagai dokter teladan, guru teladan dan lain sebagainya. Kepada mereka ini patut diberi apreasi. Namun demikian, kiranya keberadaan suatu karya bersama – entah apapun karya itu – yang mempunyai daya tembus ke masyarakat luas tentu akan lebih menguatkan Gereja untuk menjadi tanda hadirnya Kerajaan Allah bagi masyarakat luas. Ini yang perlu diperjuangkan bersama dengan dimulai pada tahun 2014 ini.

Akhir kata, saya ucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2014, selamat memusuki Tahun Pemberdayaan Paguyuban. Tuhan memberkati!


Purwokerto, 31 Desember 2013

tanda tangan uskup.giftanda tangan uskup.gif

+Mgr. Julianus Sunarka, SJ
tanda tangan uskup.gifUskup Keuskupan Purwokerto

No comments:

Post a Comment