Wednesday, February 5, 2014

SETIA BERJUANG UNTUK SEBUAH HARAPAN



Tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.” (Luk 21:16-19)

“Hidup kadang-kadang senang, kadang-kadang sedih. Usia remaja terkebiri oleh rasa tanggungjawab hidup di negeri orang. Gejolak hati selalu menghantui, terutama pada saat ingin bertemu keluarga. Pulang ke kota asal tak punya uang. Wah, jadi seperti budak majikan. Hidup terasa sangat berat.” Penggalan kisah ini bisa menjadi inspirasi rohani kita sebagai orang beriman dalam menghadapi situasi-situasi sulit di dalam kehidupan. Acapkali kita menjadi lebih mudah berkeluh kesah dan berputus asa ketika menghadapi kesulitan dan persoalan hidup. Hidup ekonomi yang tidak berubah dari waktu ke waktu, “Oh halah Gusti, Gusti, deneng uripe inyong kaya kiye bae ya. Urip ora tau ngrasakena kepenak. Motor ora duwe, tv ora duwe, duit nggo tuku madhang be ora nduwe...semprul. Masa inyong kudu utang-utang terus”. Pengalaman sakit yang tidak kunjung sembuh membuat kita berputus asa, “Apakah aku orang yang sangat berdosa. Apakah Tuhan tidak mencintaiku?”.

Litani kekecewaan keluar dari hati dan bibir kita ketika persoalan-persoalan hidup yang kita alami tidak selesai. Ketika berbagai macam usaha yang telah kita buat tidak mendatangkan hasil apa-apa, sia-sia. Peristiwa ini kerap mendatangkan krisis iman, “Tuhan tidak peduli”. Pernah ada seorang ibu mengatakan, “Untuk apa aku berdoa toh sama saja. Aku tetap sakit kanker.” Pengalaman krisis ini membuat seseorang meragukan Tuhan.
Di dalam setiap peristiwa hidup kita dipanggil untuk percaya kepada Tuhan, kendati itu berat. Salah satu kutipan yang rasa saya sangat meneguhkan adalah apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Roma. Sebagai orang beriman, kita senantiasa berbalik kepada Tuhan sebab kita percaya kepadaNya. Kepercayaan itulah yang akan mendatangkan kedamaian terlebih saat kita mengalami situasi sulit, "Kita tahu bahwa penderitaan membuat orang menjadi tekun, dan ketekunan akan membuat orang tahan uji; inilah yang menimbulkan pengharapan. Harapan yang seperti ini tidak mengecewakan kita, sebab hati kita sudah dipenuhi oleh Allah dengan kasihNya. Allah melakukannya dengan perantaraan Roh-Nya yang diberikan kepada kita." Inilah kekuatan kita sebagai orang beriman. Krisis iman yang disebabkan karena penderitaan, kesulitan hidup seharusnya tidak membuat kita berjarak dengan Tuhan. Justru melalui pengalaman itu kita dibimbing untuk menemukan rahmat-rahmat Allah yang terkadang tersembunyi dan melaluinya kita semakin didewasakan. 
Atas segala pengalaman hidup yang kita alami, Tuhan senantiasa peduli terhadap kita sebab Ia mencintai kita. Kita bisa merenungkannya dari pengalaman Yesus yang tersalib, yang rela menderita bagi semua orang, merupakan pengalaman nyata di mana cinta senantiasa diberikanNya agar kita mengalami keselamatan di dalam diriNya.
Apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Roma bisa kita refleksikan bahwa harus ada keterlibatan dinamis kedua pihak, yakni bahwa hidup dan usaha manusia tidak mungkin dipisahkan dari kehendak dan usaha Allah (rahmat). Allah telah terlibat dalam sejarah dan telah memanggil manusia supaya ikut berjerih-payah bagi keselamatan semua orang, maka dengan kepercayaan dasar dan usaha, orang memberikan jawaban pada Allah.
dok.internet
Dalam Yesus, Allah telah melibatkan diri dengan hidup dan sejarah manusia, “sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni Sabda kekal, supaya tinggal di tengah umat manusia, dan menyelesaikan karya penyelamatan. Yesus menjadi senasib dengan manusia berdosa dan malang, dan manusia dapat menjadi senasib dengan Yesus Kristus oleh Allah diselamatkan dan selanjutnya dapat ikut serta menikmati keselamatan itu. Inilah kepedulian Tuhan kepada kita. Kepedulian itu hadir bagi Kristus dengan menerima kemanusiaan sepenuhnya, senasib dengan manusia (Flp 2:1-11). Allah menjadi senasib dengan manusia, Allah membiarkan diri dibatasi oleh situasi konkret manusia, jerih payah hidup, penderitaan dll. Jurgen Moltmann membahasakan keterlibatan Allah dalam hidup manusia itu dengan bentuk Allah yang peduli (Allah yang pathos). Para nabi merefleksikan bahwa Allah adalah Allah yang peduli, (dalam konteks Israel) Allah yang peduli (pathos) terhadap bangsa Israel (situation of God). Melalui pathos, Allah memperhatikan dan masuk secara mendalam ke dalam situasi umat yang Ia pilih. Dengan demikian, pengalaman, tindakan dan penderitaan umat-Nya mempengaruhi Allah. Kasih Allah itu bukan melulu batiniah semata, tetapi terwujud dalam tindakan konkret dalam keterlibatan-Nya dengan penderitaan umat-Nya.
Oleh karena itu sebagai orang beriman, apa pun yang kita buat mestinya dikerjakan di dalam Kristus. Orang mengikat diri pada Kristus dan pada saat yang sama mengharapkan keselamatan dari Allah lewat Kristus. Inilah tanda orang yang beriman. Melalui iman, orang akan senantiasa menemukan pengharapan. Harapan merupakan pertahanan akhir, ketika iman sudah mati dan cinta sudah tidak ada lagi. Satu-satunya yang tidak dapat dihilangkan adalah harapan yang datang dari Allah. Maka, benar apa yang dikatakan oleh Theresia dari Lyseux, “Jika engkau rela dengan penuh cinta menanggung penderitaan yang tidak menyenangkan dirimu sendiri, di situlah engkau akan menjadi tempat tinggal Yesus yang menyenangkan”. Tetaplah bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.


No comments:

Post a Comment