Ada seorang pemuda bernama Tama. Ia tergolong masih muda, usianya sekitar 22 tahun. Di usia yang masih muda Tuhan menguji dirinya dengan suatu penyakit berat. Berdasarkan pemeriksaan para medis, ia terserang tumor. Vonis itu membuatnya sangat terpukul. Gegap gempita sebagai orang muda serasa muram tak menyuarakan apa-apa.
Awalnya ia berat menerima kenyataanpahit itu. Namun seiring waktu sejalan doa dan dukungan orang-orang yang mencintainya, ia memutuskan untuk berpasrah kepada Tuhan. Ia tak mempersoalkan seberapa sakit dan beratnya penyakit yang diidapnya. Ia tidak lagi memberontak kepada Tuhan. Ia memilih mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik bahkan untuk kenyataan terpahit sekalipun. Ia mengasup obat herbal dan setia menjalani check up dengan hati yang lebih pasrah. Ia banyak menghabiskan waktu untuk berdoa, setia merayakan ekaristi dan merenungkan sabda. Dibalik kegetiran hidupnya, ia selalu mengumbar senyum untuk siapa saja. Kehadirannya membawa kehangatan bagi siapa saja yang berada di dekatnya. Inilah sikap dan caranya memandang sakit dan kehidupannya.
Penderitaan bukan suatu peristiwa yang menakutkan tetapi kesempatan membangun harpan dalam iman. Tama menyiapkan akhir hidupnya dengan matang. Ia siap saat Tuhan datang kepadanya.
Apa yang ia buat sungguh mengagumkan. Ia berani mengambil langkah-langkah yang panjang dalam proses penyembuhannya. Kita bisa membayangkan bagaimana kesembuhan itu membutuhkan kesabaran untuk menunggu. Inilah pengalaman Adven di mana Tama mempersiapkan segala sesuatu dengan iman dan harapan kepadaNya.
Awalnya ia berat menerima kenyataanpahit itu. Namun seiring waktu sejalan doa dan dukungan orang-orang yang mencintainya, ia memutuskan untuk berpasrah kepada Tuhan. Ia tak mempersoalkan seberapa sakit dan beratnya penyakit yang diidapnya. Ia tidak lagi memberontak kepada Tuhan. Ia memilih mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik bahkan untuk kenyataan terpahit sekalipun. Ia mengasup obat herbal dan setia menjalani check up dengan hati yang lebih pasrah. Ia banyak menghabiskan waktu untuk berdoa, setia merayakan ekaristi dan merenungkan sabda. Dibalik kegetiran hidupnya, ia selalu mengumbar senyum untuk siapa saja. Kehadirannya membawa kehangatan bagi siapa saja yang berada di dekatnya. Inilah sikap dan caranya memandang sakit dan kehidupannya.
Penderitaan bukan suatu peristiwa yang menakutkan tetapi kesempatan membangun harpan dalam iman. Tama menyiapkan akhir hidupnya dengan matang. Ia siap saat Tuhan datang kepadanya.
Apa yang ia buat sungguh mengagumkan. Ia berani mengambil langkah-langkah yang panjang dalam proses penyembuhannya. Kita bisa membayangkan bagaimana kesembuhan itu membutuhkan kesabaran untuk menunggu. Inilah pengalaman Adven di mana Tama mempersiapkan segala sesuatu dengan iman dan harapan kepadaNya.
Pengalaman
adven inilah yang akan kita renungkan minggu ini. Apa yang dimaksud
dengan pengalaman adven? Kita akan merenungkan pengalaman adven dalam
kacamata Gereja Katolik. Adven merupakan masa khusus di dalam liturgi
gereja. Adven berasal dari kata Latin adventus, artinya
kedatangan yang dinanti-nanti. Apa dan siapa yang dinanti? Yesus Sang
Juruselamat. Masa adven diperingati dalam 4 minggu sebelum hari Natal.
Selama empat minggu, umat beriman menyiapkan kedatangan Tuhan yang menjadi
manusia, yang dikandung dari Roh Kudus oleh Perawan Maria sekaligus
mempersiapkan kedatangan Tuhan yang kedua (eskatologis). Maka, masa
adven adalah masa untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus.
Peristiwa
iman inilah yang kita rayakan selama empat minggu ke depan. Seluruh umat
beriman mempersiapkan diri agar pantas menyambut kedatanganNya. Kepantasan itu
disiapkan secara lahir dan batin. Apa yang harus kita siapkan?
Pertama,
Berjalan di dalam terang Tuhan. Apa yang disampaikan oleh Nabi Yesaya, utusan
Allah, kepada orang Yehuda dan Yerusalem merupakan langkah persiapan. Yesaya
mengajak mereka naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar
tentang jalan-jalanNya, dan supaya mereka menempuh jalan itu. Yesaya mengajak
mereka untuk berjalan dalam terang Tuhan (Yes 2:5). Yesaya menegaskan suatu
dampak dari kehidupan baru yang diakibatkan oleh terang yakni kedamaian.
Apa
yang dihadapi oleh Yesaya dirasakan oleh kita saat ini. Alih-alih kita
menemukan kedamaian malah peperangan, kekerasan, dan kebencian. Lihat
apa yang terjadi dengan para mahasiswa di Makasar, mereka tawuran. Pembunuhan,
perampokan atau korupsi bisa kita temukan dengan mudah tumbuh di sekitar kita.
Dalam lingkup keluarga, adanya perselingkuhan, perceraian, ngrasani
sangat cepat berkembang.
Di
dalam masa adven, kita dipanggil untuk merenungkan perjalanan rohani kita
secara pribadi. Apa yang direnungkan oleh Yesaya menjadi permenungan kita.
Kedamaian, keselamatan, kebahagiaan itu dapat menjadi nyata jika kita secara
terbuka membiarkan diri berjalan di dalam terangNya, “Mereka akan menempa
pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau
pemangkas. Bangsa yang satu tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa
yang lain, dan mereka tidak akan lagi berlatih perang.”
Masa
adven merupakan moment istimewa untuk mengubah diri. Aneka kekacauan (chaos)
yang ada tak akan pernah berhenti jika kita tidak berusaha mengubahnya.
Kesempatan untuk berubah merupakan salah satu persiapan kita secara rohani
dalam menyambut kedatangan Yesus. Perubahan ini tidak lepas dari pertobatan
yang kita bangun terus-menerus. Bagaimana kita mewujudkan hidup sebagai anak
terang?
Kedua, Kesiapsediaan. Kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi dengan diri kita. Masa adven sebagai masa penantian akan kedatangan Tuhan Yesus mengajak kita untuk selalu mempersiapkan diri kapan-pun Ia datang. Ilustrasi kesiapsediaan itu dikisahkan Penginjil Matius dengan jelas, "Sebab itu, hendaklah kamu selalu siap siaga, karena Anak manusia datang apda saat yang tidak kamu gua." Kesiapsediaan kita sebagai orang beriman dapat diwujudkan dalam ketekunan berdoa, kesetiaan menggereja, terbuka terhadap sesama dan lain sebagainya. Jangan sampai saat Tuhan mau datang yang kedua kalinya kita kedapatan belum siap. Kita masih sibuk membersihkan hati kita yang kotor karena kebencian, kemarahan, kesombongan. Oleh karena itu, masa adven menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk membersihkan hati kita secara baik. Kita menyiapkan ruang hati yang bersih, yang pantas ditinggali olehNya. Inilah bentuk kesiapsediaan kita dalam menyambut kedatanganNya.
Semoga keterbukaan dan kesiapsediaan kita menyambutNya bisa kita hidupi dengan setia di masa adven ini. Sebab inilah moment yang tepat untuk membangun pengharapan. Dia datang menawarkan keselamatan kepada kita. Apakah kita telah menyiapkan hati untukNya??
Kedua, Kesiapsediaan. Kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi dengan diri kita. Masa adven sebagai masa penantian akan kedatangan Tuhan Yesus mengajak kita untuk selalu mempersiapkan diri kapan-pun Ia datang. Ilustrasi kesiapsediaan itu dikisahkan Penginjil Matius dengan jelas, "Sebab itu, hendaklah kamu selalu siap siaga, karena Anak manusia datang apda saat yang tidak kamu gua." Kesiapsediaan kita sebagai orang beriman dapat diwujudkan dalam ketekunan berdoa, kesetiaan menggereja, terbuka terhadap sesama dan lain sebagainya. Jangan sampai saat Tuhan mau datang yang kedua kalinya kita kedapatan belum siap. Kita masih sibuk membersihkan hati kita yang kotor karena kebencian, kemarahan, kesombongan. Oleh karena itu, masa adven menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk membersihkan hati kita secara baik. Kita menyiapkan ruang hati yang bersih, yang pantas ditinggali olehNya. Inilah bentuk kesiapsediaan kita dalam menyambut kedatanganNya.
Semoga keterbukaan dan kesiapsediaan kita menyambutNya bisa kita hidupi dengan setia di masa adven ini. Sebab inilah moment yang tepat untuk membangun pengharapan. Dia datang menawarkan keselamatan kepada kita. Apakah kita telah menyiapkan hati untukNya??
No comments:
Post a Comment