Monday, April 28, 2014

1000 BERAS MURAH : BERBAGI BERKAT PASKAH

Berkat Paskah. Dok. R. Edy


            Peristiwa kebangkitan Yesus dari alam kematian mau menunjukkan besar dan agungnya cinta Allah kepada manusia. Kebangkitan yang menghalau dan menghancurkan kegelapan dosa manusia. Kebangkitan yang membuka kebahagiaan bagi seluruh umat beriman yang percaya kepadaNya. Pengalaman Paskah mengobarkan seluruh hati umat beriman agar juga mengalami kebangkitan di dalam hidupnya. Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan kita.

Berkat Paskah. dok R. Edy
Kebangkitan Yesus mengobarkan kembali semangat hidup para murid. Harapan yang pupus kembali bertumbuh. Kegembiraan yang hilang kembali merekah dari wajah-wajah penuh harapan. Sukacita paskah ini pun ingin Gereja bagikan kepada semakin banyak orang secara khusus mereka yang non-katolik. Sukacita paskah diwujudkan melalui berbagi ‘Beras Murah’ kepada umat non-katolik pada hari Senin, 21 April 2014 di parkiran gereja. Gereja menyiapkan beras murah 5 kg dengan harga Rp. 20.000,- untuk 1000 orang non-katolik. Beras murah tidak hanya dibagikan di paroki tetapi juga stasi-stasi di Paroki St. Petrus Pekalongan. Inilah sukacita paskah yang tak hanya menjadi milik umat katolik. Gereja ingin berbagi berkat paskah kepada semakin banyak orang. (tim PSE)

CAHAYA PASKAH YANG MENERANGI HIDUP

Malam Paskah Jawa. dok. R. Edy
           

Perayaan Malam Paskah di Gereja St. Petrus Pekalongan diadakan dua kali. Malam Paskah pertama pukul 18.00 wib dengan menggunakan bahasa Jawa. Kemeriahan Malam Paskah terlihat melalui dekorasi dan pakaian yang dikenakan oleh umat. Mereka menggunakan pakaian jawa dengan dandanan yang menawan. Perayaan ekaristi menggunakan bahasa jawa dengan iringan gamelan. Umat yang hadir berlimpah. Umat memenuhi seisi gereja bahkan meluber ke aula gereja. Perayaan Malam Paskah Jawa dipimpin oleh Sheko Swandi, Pr didampingi Tri Kusuma, Pr. Sheko Swandi, Pr mengajak seluruh umat untuk merayakan Paskah, Kebangkitan Tuhan, dengan kesediaan diri membarui diri.
Malam Paskah Jawa. dok. R. Edy
Malam Paskah kedua dirayakan pukul 21.00 wib yang dipimpin oleh Tri Kusuma, Pr didampingi oleh Sheko Swandi, Maryoto, Pr, Yeppy, Pr, dan dua frater. Sukacita malam paskah 2014 ditampakkan melalui baptisan sejumlah 24 orang dan 1 penerimaan dari gereja kristen. Sakramen baptis bagi ke-24 orang dilayani oleh Yeppy, Pr sementara penyerahan kain putih dan lilin menyala oleh Tri Kusuma, Pr dan Maryoto, Pr. Sebelum berkat penutup, para romo dan frater menyanyikan lagu “Ku mau cinta Yesus” di depan altar yang semakin menambah semarak malam paskah 2014. Ekaristi Malam Paskah dan baptisan selesai pukul 00.00 wib.
Malam Paskah dan Baptisan. dok. R. Edy
Keistimewaan Paskah terjadi di Stasi Karanganyar. Untuk kali pertama mereka merayakan Malam Paskah yang dimulai pukul 18.00 wib. Dengan persiapan yang sederhana, mereka beruaha menyiapkan malam paskah dengan baik. Perayaan Malam Paskah di Stasi Karanganyar dipimpin oleh Maryoto, Pr. Sementara di Stasi Wiradesa, perayaan malam paskah dipimpin oleh Yeppy, Pr yang berlangsung khidmat dan khusyuk.

Keesokan paginya, kemeriahan paskah kian terasa. Umat berbondong-bondong merayakan ekaristi paskah pagi dan sore dengan semangat. Suasana gereja sangat hidup. Demikian pula dinamika menggereja di stasi ikut hidup dengan berbagai persiapan yang terjadi sebelumnya. Salah satu stasi lain yang turut merasakan kegembiraan Paskah adalah Stasi Sragi. Umatnya tidak banyak pun usia mereka sebagian besar telah tua. Dengan menggunakan tempat doa yang sederhana, umat merayakan paskah dengan gembira. Umat yang hadir cukup berlimpah berbeda dari hari minggu biasa. Sesudah perayaan ekaristi, seluruh umat merayakannya dengan makan bersama di ruang belakang. Umat merasakan sukacita paskah. Inilah cahaya paskah yang sungguh memberi terang kegembiraan bagi setiap orang. Selamat Paskah!! (trikuspr)
Malam Paskah dan Baptisan. dok. R. Edy

MEMAKNAI BALADA KISAH SENGSARA: YESUS SUNGGUH MENCINTAIKU



Tahun ini SMA Bernardus melibatkan diri dalam kegiatan pekan suci di Gereja Santo Petrus Pekalongan dengan mendramakan kisah Sengsara Yesus. Kisah sengsara dipentaskan pada Jumat, 18 April 2014 pukul 07.00 WIB menggantikan jalan salib. Salah satu siswa yang terlibat dalam drama itu adalah Tri Sulistyo Nugroho. Dia berperan sebagai Yesus. Bagi dia dan pemain lainnya, permenungan kisah sengsara Yesus dengan tablo adalah kali yang pertama. Tidak heran mereka mengalami ketakutan, keragu-raguan dan kecemasan. “M. Maryoto, pr sebagai pamong di SMA Bernadus tidak henti-hentinya memotivasi kami agar semakin percaya diri,” ungkap Tri Sulistyo alias Halus.
dok. R. Edy
Para siswa menyiapkan drama kisah sengsara sejak bulan Februari yang diawali dengan menonton video Kisah Sengsara Yesus. Melalui video itu mereka dibantu untuk menemukan karakter setiap peran di dalam kisah itu. “Aku sangat sedih saat melihat Yesus disiksa, dicambuk oleh para prajurit. Aku seolah merasakan apa yang dirasakan Yesus pada saat itu,” ungkap Halus.
Dalam setiap latihan mereka didampingi oleh Bang Billy. Dia adalah guru seni (teater) yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler seni di SMA Bernardus. Di tengah persiapan mereka terkadang merasa getir dan takut seandainya tidak bisa mengingat naskah dengan baik. Akan tetapi melalui dukungan dan perhatian para romo, guru dan keluarga mereka mencoba menepis ketakutan dan kegetirannya dengan mempersembahkan yang terbaik.
Sejak pukul 05.00, para pemain bersiap di ruang make-up untuk didandani. Jelang pukul 07.00, umat mulai berdatangan memenuhi seluruh gereja. Dekorasi sederhana mengubah altar menjadi panggung sengsara.

dok. R. Edy
Kisah Sengsara Yesus berlangsung khusyuk. Umat menyaksikan adegan demi adegan dengan penuh perhatian bahkan tidak sedikit dari mereka terhanyut dalam kesedihan rohani sampai meneteskan air mata kasih yang mendalam. “Aku sangat bersyukur telah berperan sebagai Yesus. Rasa sakit dan memar yang kurasakan rasanya belum seberapa berat dengan apa yang dialami Yesus. Aku terharu betapa dalam pengorbanan Yesus bagiku. Yesus sangat mencintaiku. Dia mencintai dengan darah dan kematian demi kebahagiaan kekal.” Ungkap Halus mengakhiri sharingnya. (Tri Sulistyo Nugroho/SMA Bernadus)

MEMAKNAI KAMIS PUTIH: PUTIHNYA CINTA YESUS

dok. R. Edy


            Perayaan Kamis Putih di Paroki Santo Petrus Pekalongan diadakan di dua tempat yang bersamaan, yaitu di paroki dan stasi. Kemegahan dan kesyahduan kamis putih didukung dengan pernak-pernik serba putih dan umat yang mengenakan pakaian (kebanyakan) putih. Umat merayakan kamis putih di paroki pukul 17.00 dan pukul 20.00 wib.  Sementara stasi Sragi dan Karanganyar mengadakan misa Kamis Putih pukul 17.00, dan stasi Wiradesa pukul 20.00 wib. Perayaan ekaristi kamis putih dilayani oleh empat romo. Selebran utama adalah Sheko Swandi, Pr yang didampingi oleh Maryoto, Pr, Tri Kusuma, Pr dan E. Yeppy, Pr serta dua frater seminari tinggi yang sedang berasistensi yaitu Fr Rendy (Tk. 3) dan Fr. Raymond (KAM). Perayaan Kamis Putih paroki dan stasi berlangsung khusyuk dan meriah.
Jauh hari sebelumnya, para romo dan seluruh petugas liturgi mempersiapkan pekan suci dengan semangat. Setiap sore sampai dengan malam umat berkegiatan di gereja. Ada yang latihan koor, Putra-putri Altar, Persekutuan doa, dan lain sebagainya. Aktifitas umat yang padat membuat Gereja sungguh hidup. Inilah perwujudan dari sebuah Gereja organisme yang lebih dari sekedar bangunan.
dok. R. Edy
Kematangan seluruh pihak dalam mempersiapkan pekan suci menghasilkan buah sukacita. Umat dapat merayakan setiap perayaan dengan khusyuk. Melalui perayaan Kamis Putih umat merenung, mengenang, dan merayakan Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama para murid. Di dalam perayaan itu, Yesus meninggalkan kisah keteladanan yang hendaknya dihidupi oleh setiap orang yakni Pembasuhan kaki para murid. Kini Perjamuan Malam Terakhir Yesus selalu kita kenang dan rayakan dalam Ekaristi setiap harinya. Di dalam Ekaristi kita melihat Yesus sebagai roti hidup yang diambil, dipecah dan dibagikan bagi kita. Pengalaman diambil, dipecah, dan dibagikan tidak jarang menimbulkan sakit dan terluka. Oleh karena itu, bersama Yesus yang mengadakan perjamuan dan pembasuhan kaki para murid kita menghidupi keutamaan kerendahan hati di dalam kehidupan. Pengorbanan dan kerendahan hati Yesus kepada setiap orang menunjukkan putihnya cinta Yesus bagi kita.

Berjaga Bersama Yesus
dok. R. Edy
Sesudah perayaan Perjamuan Malam Terakhir usai, kita diundang berjaga bersama Yesus memasuki kisah kehidupanNya yang lain. Kisah sengsara dan penderitaan-Nya telah menanti. Prosesi perarakan Sakramen Mahakudus dipimpin oleh Sheko Swandi, Pr berlangsung dengan hening. Umat menyatukan hati dalam keheningan dan kekudusan memandang Sakramen Mahakudus yang diarak menuju tempat pentahtaan. Kepulan asap pendupaan mewarnai ruangan gedung gereja menjadi putih dan harum karenanya. Sakramen Mahakudus ditahtakan di dalalam Kapel Adorasi Paroki St. Petrus Pekalongan. Ini adalah kali pertama Sakramen Mahakudus di tahtakan di Kapel Adorasi St.Petrus. Kapel Adorasi ini baru selesai dibangun. Tujuan dari pembangungan Kapel Adorasi ialah menjaga dan kian menumbuhkan kehidupan doa (iman) umat melalui penghormatan Sakramen Mahakudus. Sejenak umat diajak merelakan waktu berjaga bersama Yesus dalam keheningan dan puji-pujian. Mereka bertekun setia di hadapan Sakramen Mahakudus sampai tuguran selesai pukul 00.00 wib. (trikuspr)

PEMBERSIHAN DIRI DARI DOSA




dok. internet
Pekan suci menjadi pekan yang istimewa bagi seluruh umat Katolik. Setelah perayaan minggu Palma, umat memasuki masa suci yang mengisahkan perjalanan hidup Yesus memasuki kota Yerusalem, penderitaan dan kematianNya di kayu salib. Sebelum memasuki pekan suci, imam dan seluruh umat menyiapkan batin dengan menerima sakramen pengakuan dosa. Jumlah peniten di paroki Santo Petrus Pekalongan bertambah dari 756 menjadi 795 peniten. Peningkatan jumlah peniten kian menunjukkan kesadaran umat dalam memaknai sakramen pengakuan dosa sebagai sarana pemulihan hidup rohani di hadapan Allah yang maharahim. Penerimaan Sakramen pengakuan dosa dilayani oleh para romo paroki St. Petrus Pekalongan dan melibatkan para romo dari paroki terdekat, Pemalang dan Batang.(trikuspr)

TRIDUUAM AYAM BERKOKOK: PAGUYUBAN MURID-MURID YESUS MENURUT INJIL SINOPTIK



Kata Triduum berasal dari bahasa Latin yang berarti tiga hari. Triduum merupakan waktu khusus selama tiga hari sebagai persiapan batin (olah rohani) menjelang suatu perayaan besar. Hari ini para romo dan umat Paroki St. Petrus Pekalongan (kurang lebih 250-300 umat) mengakhiri triduum yang telah dimulai hari Selasa, 2 April 2014 yang lalu.
Selama tiga hari berturut-turut (Selasa-Kamis, 2-4 April 2014) umat berolah rohani merenungkan "Paguyuban Murid-Murid Yesus menurut Injil Sinoptik." Tema ini diselaraskan dengan dinamika Gereja Keuskupan Purwokerto yang mengolah "Tahun Pemberdayaan Paguyuban." Permenungan triduum difasilitasi oleh ketiga romo paroki St. Petrus Pekalongan. Triduum dimulai pukul 04.45 - 06.00 dirangkai dengan ekaristi harian. Sesudah perayaan ekaristi, seluruh umat menikmati "tea and coffee morning" di aula paroki.  
dok.internet
Hari pertama triduum dibuka oleh Sheko Swandi M, Pr yang merenungkan tema panggilan para murid pertama menurut Injil Markus. Umat  melihat latar belakang penginjil, konteks hidup, dan gambaran komunitas/paguyuban menurut Markus. Permenungan tentang komunitas disarikan dari para murid yang "menyertai dan tinggal bersama Yesus." Tujuan dari hidup dan tinggal bersama Yesus ialah agar para murid dapat menyesuaikan cita-cita, semangat hidup mereka dgn cita-cita, semangat dan hidup Yesus. Mereka TERLIBAT SEPENUH dan SEUTUHNYA dengan hidup Yesus. Inilah semangat kemuridan yang Yesus tawarkan kepada kita. Permenungan di hari pertama ditutup dengan ekaristi oleh Tri Kusuma, pr.
Hari kedua triduum difasilitasi oleh M. Maryoto, Pr yang mengambil inspirasi dari Injil Matius (Injil Gerejawi). Melalui Injil Matius, Maryoto, pr mengajak umat melihat komunitas (Gereja) sebagai organisme. Penginjil Matius menggunakan kata 'gereja' (ekklesia, Mat 16:18; 18:17) di dalam tulisannya. Bahan-bahan yang digunakan Matius pun bersentuhan dengan organisasi gereja dan katekese gereja yang disusun dalam bentuk lima kotbah. Bersama Matius, umat merenungkan pusat hidup gereja yang selalu merayakan karya penyelamatan Tuhan dalam ibadah. Permenungan hari kedua ditutup dengan ekaristi oleh Sheko Swandi M, pr
dok. internet
Sementara hari ketiga triduum difasilitasi oleh Tri Kusuma, pr dengan mengambil inspirasi dari Injil Lukas. Refleksi di hari ketiga lebih menekankan bagaimana Gereja menjadi sakramen, tanda dan sarana keselamatan Allah. Menurut refleksi Ig. Suharyo, pr, Lukas menggambarkan Gereja sebagai buah Roh Kudus yang dicurahkan oleh Kristus yang bangkit; didirikan atas dasar para rasul, yang adalah saksi-saksi berwibawa atas kebangkitan Yesus Kristus, pewarta injil yang setia yang dengan berani memberitakan keselamatan (Kis 1-12). Kehadiran Gereja sebagai sakramen diwujudkan melalui sikap inklusif dan kepedulian terhadap situasi aktual di sekitarnya. Kehadiran Yesus ke dunia membawa misi keselamatan yang ditawarkan kepada semua orang khususnya mereka yang miskin, menderita, dan tertindas. Gereja Lukas adalah Gereja yang terbuka terhadap realitas dunia. Gereja bukanlah lembaga atau persekutuan yang berjarak dengan sekitarnya melainkan Gereja yang mau turun ke bawah, berjumpa dengan orang miskin dan menderita. Dalam permenungan hari ketiga, umat diajak untuk menyatukan misi hidupnya dengan misi Yesus sendiri, "Mewartakan kabar gembira kepada semakin banyak orang." Permenungan ini ditutup dengan ekaristi yang dipimpin oleh Sheko Swandi M, pr.

Pengolahan rohani selama tiga hari diharap membekali umat dalam membangun komunitas kemuridan di Gereja St. Petrus Pekalongan. Komunitas yang mengenal Yesus secara mendalam, komunitas yang berkumpul-berdoa, dan komunitas yang bermisi selaras dengan misi Yesus sendiri. Selain itu, triduum menjadi kesempatan umat untuk mempersiapkan hati dalam memasuki dan merayakan pekan suci. (trikuspr)