Friday, June 6, 2014

Hadir, Terlibat dan Berbagi dalam Kasih : Pesta Santo Petrus

Hampir setiap bulan Juni, dinamika umat di Paroki Pekalongan dipenuhi dengan banyak kegiatan, entah kegiatan yang berhubungan dengan liturgi-sakramental maupun kegiatan menjemaat (communio). aroki Pekalongan memiliki agenda yang padat di bulan Juni 2014 ini.

Santo Petrus terpanggil untuk menghayati hidup sebagai umat beriman secara mendalam. Wataknya yang polos, apa adanya, keras dan jujur serta tegas didukung dengan semangat pertobatan/metanoia. Pertobatan karena menerima kasih karuni Yesus menjadikannya tumbuh sebagai pribadi yang bertanggungjawab atas pewataan keselamatan Allah. Petrus hadir sebagai pribadi yang tegas, bersemangat sekaligus rendah hati, menyadari keterbatasan dan mau bekerja untuk Yesus. SEmangat pertobatan menjadi semangat mendasar dalam menghayati hidup sebagai murid-murid Tuhan.

Perjalanan memimpin Gereja Perdana menuju iman yang sama pada Yesus sebagai jalan dan kebenaran serta hidup merupakan perjalanan Gereja sepanjang masa. "Dimana ada Petrus di situ ada Krsitus. Di mana Petrus mewartakan Keselamatan dan bertindak atas dan dalam nama Yesus, keselamatan terjadi. Ubi Petrus Ibu Christus." Kesediaan untuk ikut serta dalam pewartaan, pelayanan dan perutusan menghadirkan Kristus bagi orang lain terutama yang miskin, terlantar dan menderit adalah semangat Petrus yang mengalami kebangkitan.

Santo Petrus memberi arahan pada umat beriman agar setiap umat beriman menjad batu-batu hidup, suatu bangunan rohani. Ada peran dan tugas masing-masing yang diemban dan menjadi suatu rangkaian kesatuan. Hidup umat beriman di atas ajaran rasuli menjadi pengikat dan bukan pemecah persatuan. Mengutamakan pelayanan dan kelangsungan hidup menggereja merupakan prioritas ari semangat pastoral Santo Petrus. Mau bekerja sama dan memelihara kesatuan hidup menggereja dalam Gereja Katolik Roma menjadi semangat pengembangan dari hidup Santo Petrus.

Petrus adalah pribadi yang berani mengikuti Yesus. Itu terlihat dari jawabannya kepada Yesus, "Aku mengasihi Engkau." Kesungguhan dan ketulusannya mengasihi Yesus membuat dia dipanggil lebih dalam untuk menyertai Dia, "Ikutlah Aku." Petrus mengikuti Yesus sampai pada kematiannya dengan tetap memuliakan Allah.

Tuesday, June 3, 2014

Terlibat dalam Jalan Sehat : Wujud Cinta pada Gerejaku

 
Jalan sehat Umat Paroki St. Petrus Pekalongan
Minggu, 1 Juni 2014, Pukul 06.00 WIB, Parkiran Gereja St. Petrus Pekalongan telah dijejali umat. Ini berbeda dari hari minggu biasanya. Minggu pagi ini seluruh umat Paroki diajak untuk mengikuti jalan sehat. Acara jalan sehat diadakan sebagai pembuka rangkaian kegiatan Pesta Pelindung Paroki Santo Petrus yang akan berpuncak pada hari Minggu, 29 Juni 2014, pukul 17.00 WIB.

Jalan sehat Umat Paroki St. Petrus Pekalongan

Jalan sehat yang diadakan oleh gereja menjadi sarana bantu membangun kebersamaan di tengah umat. Kebersamaan umat tidak hanya terjadi dalam liturgi (ekaristi, doa, pendalaman iman), tetapi terjadi pula dalam bidang-bidang manusiawi lainnya seperti jalan sehat. Kebersamaan umat sebagai gereja terus didengung-dengungkan selaras dengan tahun pastoral Keuskupan Purwokerto tahun 2014 tentang Pemberdayaan Paguyuban. Jalan sehat melibatkan seluruh umat dari usia anak-anak hingga manula. Keterlibatan mereka dalam jalan sehat adalah bukti cinta umat terhadap Gerejanya.

Jalan sehat Umat Paroki St. Petrus Pekalogan

Bersyukur bahwa kegiatan jalan sehat tahun 2014 ini diikuti oleh banyak umat  (jumlah peserta diatas 650 orang). Sedemikian besar cinta umat terhadap Gerejanya hingga mereka rela mengorbankan waktu untuk hadir, terlibat dan berbagi dalam kebersamaan jalan sehat ini. Wajah-wajah ceria, gelak tawa, serta komunikasi dari hati ke hati terjadi dalam kegiatan jalan sehat ini yang akhirnya melahirkan suasana hangat dan akrab satu sama lain. Umat yang hadir tidak hanya dari lingkungan kota (sekitar paroki Pekalongan) tetapi umat dari stasi-stasi pun turut terlibat di dalamnya, baik dari Stasi Karanganyar, Stasi Wiradesa, Stasi Sragi, Stasi Kedungwuni, dan Stasi Doro yang membutuhkan waktu lebih panjang. Salah seorang umat dari Karanganyar mengatakan, "Kami berangkat dari rumah pukul 05.30. Kami naik sepeda motor dengan agak ngebut, takut terlambat." Mereka berangkat mengikuti jalan sehat dengan penuh semangat. Ada pula seorang ibu yang telah lanjut usianya pun mengikuti jalan sehat, "Ibu sudah tua, tetapi ingin turut serta memeriahkan acara jalan sehat." Ada banyak peristiwa baik dalam kebersamaan jalan sehat ini. Umat rasanya semakin diguyubkan sebagai satu gereja.

Setelah semua peserta jalan sehat tiba di parkiran gereja (finish), umat langsung dijamu dengan sarapan pagi dan teh hangat. Sementara menikmati sarapan, panitia menyiapkan doorprize. Ada sekitar 200 an doorprize telah disiapkan untuk peserta. Mereka menanti undian dengan tenang sembari beristirahat menikmati udara pagi.

Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam jalan sehat ini. Inilah bukti cinta kita kepada Gereja.

Toleransi dan kerukunan hidup antarumat beragama itu indah

Silaturahmi FKUB

Silaturahmi tokoh agama di Aula Paroki St. Petrus Pekalongan. dok. R. Edy
Toleransi dan kerukunan hidup antarumat beragama merupakan salah satu perhatian besar semua pihak. Di tengah gejala berkembangnya intoleransi, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) mencoba mengadakan silaturahmi kepada seluruh tokoh agama agar keakraban, pengenalan dan kerukunan dapat tercipta di bumi Pekalongan. Pada hari Minggu, 18 Mei 2014, Aula Paroki Santo Petrus Pekalongan menjadi ruang pertemuan bagi para tokoh agama dari Kotamadya Pekalongan. Mereka tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang terdiri dari tokoh Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Mereka mengadakan safari kunjungan ke semua tokoh agama dalam rangka silaturahmi.

Perbedaan dalam keyakinan bukanlah alasa adanya pengkotak-kotakkan di dalam tata hidup ber-kemanusiaan. Justru perbedaan dapat digunakan sebagai sarana menciptakan keindahan hidup di dunia ini. Keberagamaan keyakinan yang terbangun atas dasar keterbukaan, penghormatan, dan penghargaan akan mamu menciptakan suatu tata hubungan antarpribadi yang damai dan harmonis.
Para tokoh agama dan Dewan Paroki St. Petrus Pekalongan. Dok. R. Edy

Para tokoh agama yang tergabung dalam FKUB disambut oleh para Romo Paroki Santo Petrus Pekalongan, Dewan Paroki, dan khususnya tim yang terkait dengan kerukunan antarumat beragama (Tim HAK). Dalam kesempatan itu, para tokoh agama diberi kesempatan untuk sharing tentang dinamika yang terjadi dalam agamanya. Melalui sharing setidaknya kita dapat mengenal bagaimana dinamika agama lain. "Tak kenal maka tak sayang," demikian ungkap salah seorang peserta. Silaturahmi menjadi sarana mengenal lebih dalam agar bisa menjadi sayang. Tidak sekedar berbagi dinamika masing-masing agama, mereka diajak pula memberi masukan kepada pengurus FKUB yang baru agar FKUB sebagai sarana membangun kerukunan antarumat beragama dapat menciptakan suatu kegitan bersama yang melibatkan berbagai agama.

FKUB menjadi ruang publik bagi setiap agama yang selalu merindukan suatu tata kehidupan yang rukun dan harmonis. Pluralisme agama akan menjadi kekuatan konstruktif bagi kehidupan bersama. Walaupun tidak dapat dihindari bahwa pluralisme agama dapat menjadi salah satu  pemicu konflik, karena selalu bersentuhan dan berjalan bersama sejarah hidup manusia dari waktu ke waktu. Tetapi, semakin orang memahami agamanya secara baik, memaknainya dengan bijak, maka agama-agama akan mampu menjadi "jalan" bagi setiap orang untuk menemukan kebersamaan di tengah perbedaan.


Keharmonisan dalam perayaan Peh Cun

Salah satu bentuk kegiatan kerukunan antarumat beragama dapat ditemukan dalam peristiwa Peh Cun beberapa waktu lalu. Gereja Katolik St. Petrus Pekalongan diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam perayaan Peh Cun dengan mengisi acara gamelan (Sabtu, 31 Mei 2014). Inilah bentuk keindahan di tengah perbedaan. Umat yang terlibat dalam gamelan mengisi dengan penuh semangat. Mereka menggunakan baju seragam yang indah. Mereka tampil dengan maksimal menghibur para penonton yang datang silih berganti.
Umat Katolik mengisi acara Peh Cun

Perayaan Peh Cun biasa dikenal dengan festival Perahu Naga jatuh pada tanggal 5 bulan 5 menurut perhitungan kalender lunar (imlek). Salah satu maksud perayaan Peh Cun adalah untuk mengenangkan semangat kesetiaan dan kepatriotan Qu Yuan (339 SM27SM). Dia adalah seorang menteri negara Chu di zaman negara-negara yang saling berperang. Ia adalah seorang pejabat yang setia. Kesetiaannya pada kebenaran membuat ia tidak disukai oleh keluarga raja yang berdampak pada pengusiran dirinya dari kota Chu. Ia yang merasa sedih dengan kecemasan masa depan negara Chu kemudian bunuh diri dengan melompat ke sungai Miluo. Peristiwa kematian Qu Yuan membuat rakyat menjadi sedih. Merea mencari-cari jenasahnya di sungai tempat Qu Yuan bunuh diri. Mereka melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai itu tidak mengganggu jenasahnya. Dalam perkembangan waktu, makanan itu dibungkus dengan daun-daunan yng kita kenal sebagai Bakcang. Selain itu, aktivitas para nelayan yang berusaha mencari jenasah Qu Yuan kini berkembang dengan festival perahu naga (disarikan dari www. mandarincentre.net).

Salah satu kesenian dalam acara Peh Cun
Apa yang dirayakan oleh umat beragama lain tidak menjadi alasan untuk tidak mendukungnya dengan baik. Inilah bentuk kebersamaan yang melahirkan harmoni. Perbedaan bukan alasan adanya perpecahan. Perbedaan adalah sarana membangun keindahan.